Resensi

Dilan 1991: Akhir Romansa Cinta Pertama

Dilan yang sedang menggoda Milea.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber foto: m.cnnindonesia.com

Judul: Dilan 1991 (2019)

Sutradara: Fajar Bustomi dan Pidi Baiq

Produser: Ody Mulya Hidayat

Skenario: Pidi Baiq

Pemain:

Iqbaal Ramadhan

Vanesha Prescilla

Jerome Kurnia

Ira Wibowo

Happy Salma

Bucek Depp

Brandon Salim

Ridwan Kamil

Andovi da Lopez

Adhisty Zara

Maudy Koesnaedi

Distribusi: Max Pictures dan Falcon Pictures

Rilis: 28 Februari 2019


SKETSA — Jika sebelumnya kita dapat menemukan berbagai embel-embel rayuan dalam Dilan 1990, namun di kelanjutan ceritanya, penonton akan disuguhkan dengan konflik batin antara Dilan dan Milea yang saling berseberangan. Film ini mengisahkan tentang mereka yang telah resmi berpacaran pada 22 Desember 1990. Mulanya, Milea begitu bahagia dengan resminya hubungan mereka, ditambah Dilan yang semakin romantis dan dekat padanya. Namun, gejolak cinta ini berubah menjadi petaka. Semua berubah ketika Milea mengetahui rencana Dilan yang akan balas dendam kepada Anhar, yang pernah menampar Milea. 

Ia berusaha menahan dan melarang Dilan untuk melakukan balas dendam bersama geng motornya. Ancaman perpisahan menjadi senjata Milea jika Dilan tetap bersikukuh. Namun niat Dilan sudah bulat. Laki-laki itu tak menghiraukan gadisnya. Ia tetap melancarkan aksinya untuk menghabisi Anhar. Akibatnya, Dilan mendekam selama beberapa waktu di penjara atas tuduhan perkelahian. Ayah Dilan (Bucek Depp) sengaja membiarkan Dilan di sana untuk memberinya pelajaran. Hal ini membuat Milea semakin gundah dan rindu dengan Dilan.

Tidak hanya itu, masalah lain muncul ketika kerabat Milea yang tinggal di Belgia, Tante Anis (Maudy Koesnaedi) beserta anaknya Yugo (Jerome Kurnia) pulang dan menetap di Bandung. Yugo yang diam-diam menyukai Milea gencar mendekatinya. Namun, Yugo terjebak di luar kendali dengan perasaannya. Atas tindakan kurang ajar Yugo, Milea menjauh dan amat membencinya. Milea membutuhkan Dilan, semua masalahnya membuat ia semakin sedih dan selalu teringat Dilan.

Kali ini, sosok Dilan yang digadang-gadang sebagai sosok romantis penuh rayu, menjadi sosok yang lebih ‘manusiawi’. Ia menunjukkan ketidakpeduliannya pada Milea, membiarkannya sedih berlarut-larut, namun tetap berusaha patuh pada bundanya (Ira Wibowo). Penonton juga dapat melihat sisi lain dari Milea yang menunjukkan berbagai ekspresi. Mulai dari berani mengatur, melarang, hingga mengancam Dilan. Di sisi lain, Dilan merasa sangat gerah dan tidak ingin berada dalam kekangan Milea. Meskipun Milea merasa bahwa dirinya tidak salah dengan perbuatannya, dia tetap takut akan kehilangan Dilan dalam hidupnya.

Klimaksnya ketika keduanya dihadapkan pada keadaan yang mengharuskan mereka untuk berpisah. Di sinilah salah satu bagian menariknya, kita akan melihat bagaimana keduanya menyikapi hubungan mereka yang berada di ambang perpisahan. Hingga keputusan itu diambil.

Setelah tidak lagi bersama, Milea terus murung dan sedih, merasa bahwa dirinya hampa dan tidak menjadi sosok yang Dilan sukai lagi. Kontras, Dilan menghilang dan Milea harus menelan pil pahit, mendengar bahwa Dilan telah memiliki kekasih baru.

Bahkan hingga hari kelulusan SMA-nya, Milea merasa sendiri dan sendu. Meskipun dirinya belajar untuk move on dan melanjutkan hidup, namun ia tak bisa benar-benar melupakan Dilan. Bahkan dalam cerita tersebut, kenyataan kembali mempertemukannya dengan Dilan. Rasa Milea masih ada untuk Dilan, ia berusaha mengejarnya hingga benar-benar tak bisa menemukan Dilan kembali.

30 menit pertama dalam film ini terasa cukup menjemukan. Hal ini diperkuat dengan adegan kegiatan sehari-hari yang itu-itu saja. Seperti sarapan roti cokelat, saling lempar rayuan di atas motor yang membuat film ini seperti sedang mengulur-ulur waktu. Dari segi cerita, secara keseluruhan Dilan 1991 dapat dikatakan biasa saja. Akting Iqbaal dan Vanesha pun sebenarnya terlihat biasa, meskipun secara jalan cerita, Iqbaal lebih matang dalam memerankan Dilan kali ini, sementara Vanesha masih mengucapkan “Aku rindu” dengan nada yang terdengar membosankan.

Secara sinematografi, Dilan 1991 terlihat lebih baik apabila melihat komposisi gambar yang meyakinkan dan nyaman untuk disaksikan. Meskipun masih sulit membangun suasana 90-an seperti film sebelumnya, kali ini suasana tersebut dapat dirasa nyata dan tidak berlebihan. Soundtrack yang cocok dan mengalun lembut bersama film ini hingga akhir juga menjadi nilai tambah yang melengkapinya.

Hingga hari kelima penayangannya, Dilan 1991 berhasil menembus total 3.107.000 penonton. Sudahkah kalian menontonnya? (len/adl)



Kolom Komentar

Share this article