Resensi

Ada Apa di Balik Beauty and The Beast?

Ada fakta menarik apa dibalik film Beauty and The Beast? (Sumber poster: Beauty and The Beast 2017 Official Poster)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Judul                : Beauty and The Beast (2017)          
 Genre              : Drama, Romantis      
 Sutradara        : Bill Cordon    
 Produser         : David Hoberman, Todd Lieberman  
 Produksi          : Walt Disney Pictures, Mandeville Films      
 Distributor       : Walt Disney Studios, Motion Pictures          
 Rilis                  : 17 Maret 2017          
 Pemain            : Emma Watson, Dan Stevens, Luke Evans, Kevin Kline, Josh Gad, Ewan McGregor, Stanley Tucci, Gugu Mbatha-Raw, Audra McDonald, Ian McKellen, Emma Thompson

SKETSA - Beberapa tahun terakhir, Disney mulai aktif me-remake kembali film-film animasi jebolannya dalam bentuk live action, seperti Alice in Wonderland (2010)Maleficent (2014), Cinderella (2015), The Jungle Book (2016). Kali ini giliran Beauty and The Beast yang kemunculannya sudah ditunggu-tunggu penggemar setia Disney. Kabarnya Disney mengadaptasi kisah ulang Beauty and The Beast berdasarkan film animasi musikal dengan judul yang sama pada tahun 1991 dan dongeng karya Jeanne-Marie Leprince de Beaumount.

Bercerita pada abad pertengahan tahun 1700 di Perancis, hidup seorang pangeran tampan (Ben Stevens) yang tinggal di sebuah istana indah nan megah. Sang pangeran terkenal akan kesombongan dan keangkuhan hatinya. Suatu hari pangeran mengadakan sebuah pesta dansa, lalu datanglah seorang pengemis tua berniat untuk menghangatkan diri dari amukan badai salju dan menawarkan setangkai bunga mawar untuk membalasnya. Namun, melihat pengemis tua yang lusuh, pangeran pun menolak kehadiran serta bunga pemberiannya.

Ternyata pengemis tua tersebut adalah seorang penyihir cantik. Karena kesombongannya, pangeran dikutuk menjadi seorang buruk rupa, seisi istana pun tak luput dari kutukan. Penyihir memberi pangeran cermin ajaib bersama setangkai bunga mawar. Untuk mematahkan mantra sihirnya, pangeran harus mencintai dan dicintai sebelum kelopak bunga mawar terakhir jatuh. Jika ia gagal, maka ia akan menjadi buruk rupa selamanya.

Di sebuah desa kecil bernama Villenueve, tinggallah seorang gadis kutu buku bernama Belle (Emma Watson) dan ayahnya, Maurice (Kevin Kline). Belle nantinya akan tinggal menggantikan ayahnya yang dihukum oleh si Buruk Rupa. Jangan lupakan pula seorang pemuda tampan, Gaston (Luke Evans) yang selalu berusaha merayu Belle. Jalan cerita Beauty and The Beast sebagian besar tak berbeda jauh dengan film animasinya.

Sebagian orang mungkin beranggapan Emma tak cocok memerankan karakter sang putri. Citranya sebagai seorang penyihir Harmonie Granger dalam film Harry Potter begitu kuat. Akan tetapi, persamaan Belle dan Harmonie adalah sama-sama kutu buku dan dianggap sebagai gadis aneh. Bella tinggal di sebuah desa kecil, karena hanya dia satu-satunya gadis desa yang suka membaca, tak heran Bella dianggap aneh oleh penduduk desa bahkan tak segan mem-bully-nya. Mampukah Emma mematahkan anggapan penggemarnya?

Sama seperti  live action film princess sebelumnya yakni Cinderella (2016), Beauty and The Beast menyuguhkan musikal yang dibawakan para pemainnya. Sehingga penggemar Emma bisa mendengar Emma bernyanyi dalam film ini. Tak hanya itu, Beauty and The Beast dikemas dengan efek CGI (Computer Generated Image) saat Belle (Emma Watson) dijamu oleh pelayan istana Si Buruk Rupa (Ben Stevens).

Hal tersebut yang membedakan live action dari film animasinya. Efek visual yang ditampilkan mungkin terlalu berlebihan, padahal hanya menceritakan kebahagian para pelayan akan kehadiran Belle di istana mereka. Namun, tak bisa dimungkiri efek visual yang ditampilkan begitu menakjubkan, hanya saja mengecewakan karena penyambutan yang begitu heboh berakhir perjamuan biasa saja. Film ini juga tak hanya didominasi oleh aktor-aktor berkulit putih.

Sempat beredar isu sebelum film ini resmi rilis di Indonesia, bahwasannya terdapat karakter sebagai pelaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Benar diakui oleh Disney adanya unsur LGBT, bahkan Disney mengklaim Beauty and The Beast hadirkan tokoh gay pertama. Beberapa negara bahkan melarang penayangan Beauty and The Beast. Beruntung Indonesia tidak ikut-ikutan latah akan isu tersebut.

Tentu saja Anda akan dibuat terpukau oleh Beauty and The Beast, begitupun setting-nya yang klasik dan sederhana, sayangnya tidak ada kejutan dari segi cerita dalam live action-nya. (els/wal)



Kolom Komentar

Share this article