Resensi

A Taxi Driver: Kebesaran Hati Seorang Supir Taksi

Film asal Korea Selatan "A Taxi Driver" ini diadaptasi dari kisah nyata yang terjadi di Gwangju. (Sumber poster: soompi)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Judul: A Taxi Driver (2017)
Genre: History, Drama, Action
Sutradara: Jang Hoon
Produser: Park Un-Kyoung, Choi Ki-Sup
Produksi: The Lamp
Distributor: Showbox
Pemain: Song Kang Ho, Thomas Kretschmann, Ryu Jun Yeol, Yoo Hae Jin


SKETSA - Film yang diadaptasi dari kisah nyata yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan ini merupakan salah satu film sejarah terbaik. Konflik yang terjadi di tahun 1980 seakan mengisyaratkan bahwa Korea Selatan pernah memiliki masa kelam. Bermula dari cerita Kim Man-Soeb (Song Kang Ho) seorang supir taksi yang sedang membutuhkan uang untuk membayar uang sewa yang sudah menunggak. Di sisi lain, ia juga ingin membelikan sepatu untuk anak perempuannya yang sudah rusak. Namun sayang, bukannya mendapatkan uang dari pekerjaannya, Man-Soeb malah menerima sial. Spion depan taksinya menabrak tumpukan kayu akibat ia berhenti mendadak ketika seorang demonstran lewat.


Singkat cerita, Man-Seob akhirnya bertemu dengan seorang jurnalis Jerman Jurgen Hinzpeter (Thomas Kretschmann). Jurgen Hinzpeter yang memiliki nama samara Peter ini berniat untuk meliput kisruh yang terjadi di Gwangju. Dengan iming-iming uang senilai 1.00.000 won, Man-Seob akhirnya melakukan beragam cara untuk mengantarkan Peter ke Gwangju.


Saat sampai di Gwangju, Man-Seob dan Peter bertemu dengan rombongan mahasiswa yang akan melakukan aksi. Salah satu dari mahasiswa tersebut bernama Gu Jae Shik (Ryu Jun Yeol), ia adalah satu-satunya mahasiswa yang dapat berbicara bahasa inggris. Akhirnya, Peter ikut dengan rombongan itu. Melihat keadaan Gwangju yang sangat menakutkan, Man-Seob memilih untuk kembali ke Seoul. Dalam perjalanan menuju Seoul, Man-Seob bertemu dengan seorang nenek yang mencari anaknya yang ikut ditindak oleh militer. Ia kemudian mengantarkan nenek itu ke rumah sakit dan di sana ia dipertemukan kembali oleh Peter dan Jae Shik.

Namun sayang, kebaikan Man-Seob malah menerima perlakuan tidak mengenakkan. Ketika ia dihadapkan dengan permasalahan dari rekan-rekannya sesama supir taksi. Mereka menilai Man-Seob lari dari tanggung jawab sebagai supir taksi. Ini dianggap membuat jelek citra supir taksi di Korea. Sempat adu baku hantam, beruntung, salah satu supir taksi yang bernama Hwang Tae Sool (Yoo Hae Jin) membela Man-Seob.

Kisruh yang terjadi di Gwangju merupakan kisruh antara militer dan masyarakat, di mana masyarakat menginginkan Gwangju menganut sistem demokrasi. Pembantaian pun terjadi di mana-mana, para demonstran secara brutal ditembak. Sebagian mereka meninggal, dan yang mengalami luka berat akan dibawa ke rumah sakit dengan bantuan supir taksi setempat. Peter pun menjadi buronan oleh pemerintah setempat karena berani meliput kisruh di Gwangju. Ketika sedang melarikan diri, Jae Shik yang ikut membantu Peter ditangkap oleh aparat dan dibunuh.

Man-Seob diam-diam pergi meninggalkan Gwangju untuk kembali ke Seoul karena teringat akan putrinya. Sebelum sampai di Seoul, Man-Seob singgah di sebuah desa kecil untuk beristirahat. Saat sedang makan di sebuah kedai, Man-Seob menguping pembicaraan warga setempat seputar kisruh Gwangju. Mereka mengatakan bahwa gangster menyerang militer dengan brutal, dan demonstran tidak dapat dikendalikan. Militer banyak yang meninggal sementara demonstran hanya sedikit yang luka. Mendengar berita yang tidak benar itu, hati nurani Man-Seob tergerak. Ia kemudian menghubungi putrinya bahwa ia belum bisa pulang dan kembali ke Gwangju.

Man-Seob kembali ke Gwangju untuk membantu Peter yang sedang terancam agar Peter dapat menyiarkan berita yang benar ke seluruh dunia. Sebagai orang asing, Peter dapat membuat alibi agar ia bisa keluar masuk Gwangju, namun karena konflik yang terjadi daerah itu dan ia menjadi buronan membuat perjalanan lebih terasa berat.

Peter masih mengingat kebaikan Man-Seob dan ingin kembali bertemu dengannya. Sayang, Man-Seob tidak pernah memperkenalkan dirinya dengan namanya yang asli. Ia menggunakan nama Kim Sa-Bok, salah satu merk rokok ketika Peter meminta kontaknya dulu. Selang 20 tahun, Peter kembali ke Korea. Ia berusaha kembali mencari sosok yang selalu membantunya dahulu. Lantas, berhasilkan Peter menemukan jejak keberadaan Man-Seob?

Temukan jawabannya dalam akhir ceritanya. Film ini juga cukup menguras emosi penonton, karena memperlihatkan pembantaian yang dilakukan. Serta kesedihan akan kehilangan anggota keluarga karena memperjuangkan hak masyarakat. (and/adl)



Kolom Komentar

Share this article