Tragedi
Ilustrasi langit senja

pinterest.com
17.15
Kujajarkan langkah kakiku agar seirama dengan awan pada suatu sore saat aku pulang selepas menguras keringat.
Ah, batinku.
Betapa ringannya langkahku apabila hidup ini seperti awan yang setia tinggal di dalam langit tanpa beban.
Namun, seiring langkahku, aku sadar.
Bahwa hidupku tak lebih lucu dari sekadar lelucon.
22.30
Sekali lagi, ia menghela nafas di antara embusan rokok yang ia bakar.
Disandarkannya bahu tegap itu di tiang peron stasiun yang tampaknya enggan untuk terlelap.
Namun pikirannya terlalu letih untuk berjaga.
Ia rasa sudah saatnya untuk tidur selamanya.
Ditulis oleh Christnina Maharani, mahasiswa Akuntansi, FEB 2017