Puisi

Surat untuk Pacarku yang Tenggelam dalam Berita

aku sudah menyelamatkanmu dari berita-berita jalang itu.

Sumber Gambar: Website Pexels

Aku melihatmu, sayang.
Di tumpukan berita itu.
Aku melihatmu yang mulai kehabisan napas. 
Matamu yang biasanya genit menggodaku, rasanya meronta meminta napas buatan.
Bukankah wajah itu sama dengan wajah yang kau pakai menyelam di bajuku. 
Tegakkan kepalamu sayang, jangan biarkan koran-koran lusuh itu mengambil umurmu.

Iya sebentar, sayang. 
Aku datang, ini aku sedang dalam perjalanan.
Barangkali langkahku kecil-kecil, tapi itu bukan mauku. 
Itu karena narsum-narsum yang susah sekali aku hubungi. 
Padahal aku tahu mereka melihat sepotong pesan yang kukirim setiap pagi.

Sabar ya, sayang. 
Sebentar lagi. 
Sebentar lagi aku menyelamatkanmu dari berita-berita sialan itu. 
Kau sudah berjanji kan, akan menemaniku wawancara di pagi buta. 
Bersama bantal hangat dan dengkuran hebat. 
Kau sudah pesan tiket kita ke Raja Ampat? 
Aku harap kau sudah mengamankan kursi kita sebelum aku mengamankan hidungmu yang mulai tidak kelihatan.

Kemana hidungmu sayang? Kenapa tenggelam di antara koran-koran genit. 
Kau tahu kan hanya aku yang boleh menggodamu. 
Saat kau tenggelam dalam kata pun. 
Aku cemburu dengan tiap suku kata yang terbaca.
Hanya aku sayang! 
Hanya aku yang boleh merasakan hangat udara itu.

Tunggu ya sayang! 
Tetap di posisimu yang lama itu. 
Bertahanlah barang sedikit lagi. 
Mungkin setelah malam membisu dan pagi mengganggu, 
aku sudah menyelamatkanmu dari berita-berita jalang itu.

Puisi ini ditulis oleh Ai Nasyrah Nurdea, mahasiswi program studi Sastra Indonesia, FIB Unmul 2022




Kolom Komentar

Share this article