Sebenarnya Aku Selalu Rindu
Kerinduan yang tak pernah habis
Sumber Gambar: Pexels
Aku selalu ingin, saat itu aku selalu lupa
Keringat yang menjelajah lekuk tubuh ini
Berbuah alasan.
Mengapa aku tak dapat bercengkrama dengannya?
Barangkali aku sering keliling kota,
Berbagai pohon menghindariku dari radiasi alam,
Jelas tugas ini lebih melelahkan dari janji ketenteraman.
Aku terlupa saat musik yang kudengar,
Membuatku ada pada musim semi Eropa
Berbeda saat sajak indah yang diturunkannya,
Terbayang kepedihan di Neraka yang memberikan trauma.
Sudah cekat mulut ini menyisit sajaknya
Saat kerjaan, tanggungan, dan tugas datang,
Saat itu tembakau berhasil menguasai mulutku.
Kerjaan memberiku izin untuk pulang.
Langit menurunkan matahari, saat itu juga suara panggilannya sangat jelas.
Aku baru tiba, pakaian tak menemukan rumahnya.
Saat seperti itu, gelap menyerang mataku.
Tak ada suara yang berhasil mengganggu seseorang yang asik menjelaja dalam gelap.
Jika nanti ia bertanya, mengapa hari ini aku tak menerima teleponnya
Akan kusuruh ia membaca alasanku pada bait pertama.
Ditulis oleh Aditya Fahrul Setiawan, mahasiswa Sastra Indonesia, FIB Unmul 2021.