Puisi

Sapa Aku dalam Rindu

Sebuah puisi dari Marini Juni Ananda Basrimas. (Sumber foto: google.co.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Ketika pagiku telah menjadi senja, senjaku menjadi gelap...
Putih menjadi hitam. Hitam tanpa bayangan.. Gelap tanpa ada rasa..
Seakan cahaya hilang tenggelam..
Seperti lorong kosong...Kelam gelap gulita..

Aku keluar, dari lorong yang tak berpenghuni.
Berharap ada cahaya, mengembalikan bayangan..
Memandang ke ujung langit...
Hai kau burung terbang bebas, tanpa pembatas..
Aku ingin berbicara..
Sampaikanlah ribuan makna cinta yang tak bisa aku definisikan,
Kepada langit..

Tak ada syair yang bisa aku uraikan,,
Aku tak pandai menulis, bibirku tak pandai dalam berbicara..
Tetapi, hatiku ingin mengungkapkan..
Tolong Sampaikan...!!Sampaikan rasa rinduku yang tak mampu aku katakan langsung kepadanya..
Bahwa aku sangat merindukan seseorang di atas sana..
Aku tak pernah mengerti,
bagaimana rasa ini akan terobati..
Dia menghilang tanpa pamit,
Aku bertanya tak ada satu jawaban...
Mengapa??

Malam itu, kau berbicara cinta kepada ku..
Dipangkuan mu, kau memeluk ku..
Seakan dirimu tak ingin melepaskan ku,
dan kau selalu berkata jangan pernah menangis sayang..
Aku tak mengerti makna yang kau sampaikan saat itu..
Aku hanya, membalaskan kata cinta mu, dengan senyum manis ku..

Kala itu...Saat pertama kali kau ajarkan aku untuk bisa bersepeda, setiap pagi kau sudah menungguku di depan pintu..
Rasanya setiap aku membuka mata dari nyenyaknya malam, yang aku cari selalu adalah kamu,
Yaaaa.. pastinya untuk menemaniku bersepeda, lagi dan lagi..
Romantis sekali, tidak pernah ada kata lelah saat kau menemaniku..
Saat aku harus merasakan jatuh pun, kau hanya tersenyum dan selalu mengatakan jangan menangis sayang,, jika kau menangis luka mu akan menertawakan mu..Karena, kau kalah dari dia!
Terimakasih....
Tak ada yang bisa menghapus air mataku saat itu kecuali engkau..
Siapa lagi jika bukan dirimu wahai Ayah, kekasih yang tak pernah menghianati...
Waktu berjalan terlampau begitu cepat..
Lantas memisahkan kita, tanpa tersadar..
Hingga tak ada yang lebih tangguh aku lakukan, selain kekuatan doa..
Ayah, kehadiranmu terasa begitu singkat di hidupku..
Kini aku telah menjadi wanita dewasa, yang selalu berharap bisa bersender,
di bahumu saat aku pilu..
Bisakah kau malam ini datang kepadaku..
Bisikkan kata cinta, seperti malam itu..
Tak kah kau merindukan ku yah,???

Aku selalu berharap,
Akan ada merpati yang datang mengirimkan sepucuk surat dari langit,
Tentang dirimu...
Lagi-lagi, aku hanya memeluk bayangan wajah tampan mu,
Yang setidaknya bisa membuat sepiku sedikit berlalu, meskipun sedih semakin membiru..

Karena, “Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada, saat telah kembali bersamanya.Kepergianmu mengajarkan aku untuk selalu percaya bahwa tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan.”
Ayah aku titipkan ‘’Salam Rindu dan Cintaku kepada langit melalui angin..
Berikan balasan mu melalui hujan, agar aku tahu bahwa kau juga merindukan ku..


Ditulis oleh Marini Juni Ananda Basrimas, mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP 2017.



Kolom Komentar

Share this article