Puisi

Sajak Dalam

"Broken City" Illustration by LCruz. (Sumber: ArtPal.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Jika tak lalu dandang di air, di gurun dirangkakkan
Dalam lautan dapat diduga, dalam hati siapa tahu
Dalam sudah ke ajukan, dangkal sudah ke seberang
Di sini orang awam mau merengkuh dada saat yang dahulu mendapatkan, yang kemudian ketinggalan. 

Negeriku air mata kami yang selalu berjuang peristiwa berdarah 
Kini generasimu bersembunyi di balik daun sehelai
Saat menakik darah di batu selalu tidak menyehatkan para si bungsu
Harapan yang dulu hanya dongeng di kegelapan. 

Sekali merengkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui
Tapi sekarang dedap di bawah cengkering para bermuka merah
Ia datang sebagai sang perubahan meneteskan darah seperti delima merekah dalam tubuhnya
Kini dalam dua tengah tiga, saat karam berdua, basah seorang tak lagi berbuat adil
Lihat wahai si bungsu para si penguasa jejeran di atas awan, mereka tak pernah melihat bintang-bintang yang dulu yang selalu ada mengindahkan malam
Sekarang mereka duduk berkisar, tegak berpaling
Dulu elok kata-katanya saat di podium sedangkan para jutawan bersuka ria, lihat si bungsu yang selalu meneriakkan kebenaran, itu orang gila.

Ditulis oleh Irwanto, Presiden BEM FIB Unmul 2017



Kolom Komentar

Share this article