Puisi

Keadilan yang Ku Rindukan

Ilustrasi (Sumber: news.detik.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Detik menghabiskan waktu
Garuda terbang meneriakkan jeritan
Detakan nafasnya pun mulai memekik
Mencari nafas yang dianggap suci
Menulusuri segala yang bernyawa
Demi untuk menyambung hidupnya.

Tapi kini semua berbeda
Nafas suci tidak lagi ada
Semua kering dan terasa sesak
Yang tersisa hanyalah manusia,
mausia yang penuh dengan keserakahan.
Yang meninggalkan segala dasar-dasarnya.

Jiwanya pun meronta-ronta
Menjerit marah di dalam tubuhnya
Menginginkan nafas suci untuk tidak hilang
Menginginkan nafas suci untuk tetap bertahan

Namun semua terasa sulit
Seperti impian, sekarang hanya menjadi sebuah harapan
Lihat saja, nafas suci terlihat seperti sebuah permainan
Tidak ada lagi kehidupan di dalamnya
Tidak ada lagi kemanusiaan di dalamnya
Tidak ada lagi nafas suci yang bermandikan keadilan
Membuat harapan berubah menjadi suram

Garuda pun menangis
Karena tidak bisa menyelamatkan kertas keadilan,
dari mereka yang tamak.
Palu sidang pun juga menangis
Karena tidak bisa menghentikan sebuah putusan.

Wahai nafas suci..
Apakah kau masih ada?
Atau kau masih bersembunyi di bawah ketakutan
Apa harus darah ku ini ku alirkan pada nadimu?
Sehingga kau mau menampakkan diri
Apa harus aku melukai matamu dengan cakarku ini?
Agar kau mau keluar dari ketidakpedulianmu
Apa harus aku memberikan sayapku ini?
Agar engkau kembali berdiri atas nama keadilan
Jika itu yang engkau inginkan, maka akan kuberikan
Karena aku ingin melihat keadilan
Yang selama ini ku rindukan.

Ditulis oleh Putri Damayanti, mahasiswi Pembangunan Sosial, FISIP 2014.



Kolom Komentar

Share this article