Kalau Saja Bukan di Perhentian
Saat hari makin berat, dan aku mulai antusias dengan perbincangan kita

Sumber Gambar : Kompasiana
Mengapa berhenti tiba-tiba?
Saat hari makin berat, dan aku mulai antusias dengan perbincangan kita
Melepas genggam tanpa aba-aba
"Halo, kamu masih di sana?"
Tanyaku yang tak pernah dapat jawaban.
Sebelum perhentian, kau memandang lurus jalan dengan aspal yang tak mulus
Mungkin kau hitungi daun yang jatuh dengan tulus
"Tapi apa gunanya?"
Tanyaku yang tak pernah tersampaikan.
Kita bercengkrama,
Saling janji berhenti di ujung jalan sana
Jauh sebelum perhentian, kau banyak bicara
Aku kira perjalanan ini akan lama
Menikmatinya tentu bukan masalah
Kau memperhatikan sekitar, jalan basah bekas hujan tadi pagi
Pengamen yang pakai topi
Dan dingin yang menyusup ke pori-pori
Seketika kau mengernyitkan dahi,
tipikalmu saat mulai menyusun satu persatu memori.
"Kau sedang apa?"
Hening, dan perjalanan hanya tinggal gema suaraku
"Di depan nanti perhentian, kau mau apa?"
Jawabmu;
"Ingin berhenti sekarang"
Dan kau meninggalkan semua percakapan,
gantung bahkan sebelum di ujung.
Menyudahi sebelum waktunya, adalah masalah
Jalan menuju perhentian ini padahal tak rumit
Keloknya sedikit, di markah jalan pohon rimbun yang jumlahnya tak sedikit
Tapi kau memilih berhenti, bahkan tak pernah datang lagi.
Jalan-jalan panjang mengingatkan percakapan, mengusik memori
Kalau saja bukan di perhentian, kita bertemu dan berpisah di mana?
Jangan harap jawaban,
Suaraku hanya menggema.
Asing di telinga sendiri, tak diterima udara.
Ditulis oleh Restu Almalita, mahasiswi Ilmu Komunikasi, FISIP 2018.