Kabarkan Siapa yang Merdeka
Aku melihat serpih asa hadir di sini.
Sumber Gambar : Restu Almalita
Aku melihat serpih asa hadir di sini
Di antara megahnya bangunan perusahaan
Dengan uap dan limbah yang mengancam nyawa pelan-pelan
Tapi semua diam, mondar-mandir saja seolah tidak apa
Di sini tidak ada mimpi setinggi langit, yang mereka tau; jika kau mau hidup, bekerjalah, apa saja
Seperti mesin produksi yang terus bergerak tak mau tau kami batuk dan mulai sulit bernapas
Tak perlu menyoal privilese, dilema usia dua puluh, dan apalah itu persetan yang orang kota bicarakan
Modernitas masuk tanpa permisi
Namun yang mereka tau berjoget dengan musik yang lagi laku,
Sedang ditanya cita-cita bungkam takut dihakimi
Kau harus masuk lebih dalam untuk menemukan mata-mata yang berbinar
Kaki yang kuat berlari ke sana dan kemari
Baju yang kedodoran karena sering dipakai bermain di lapangan desa
Jangan harap seperti di kota
Apapun kau minta telah tersedia
Semua pembahasan diromantisasi
Di sini semua diraih dengan hati-hati
Mimpi dinyalakan dengan ragu
Bahkan lebih nyala kerlip gedung megah itu
Di tapak sekolah negeri berdinding hijau ini aku tak yakin,
Benarkah kita merdeka?
Benar anak-anak di hadapanku ini tau kita merdeka?
Dan tau bahwa untuk bercita-cita kau dibebaskan untuk menggapainya?
Sedang di dalam gedung megah itu;
kekayaan diwujudkan, diam-diam
Tak usah bicara empati dan berdaya, urus saja diri sendiri,
yang maksudnya sama dengan kau bodoh aku tidak peduli.
Ditulis oleh Restu Almalita, mahasiswi Ilmu Komunikasi, FISIP 2018