Puisi

Kabarkan Siapa yang Merdeka

Aku melihat serpih asa hadir di sini.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Restu Almalita

Aku melihat serpih asa hadir di sini

Di antara megahnya bangunan perusahaan

Dengan uap dan limbah yang mengancam nyawa pelan-pelan

Tapi semua diam, mondar-mandir saja seolah tidak apa


Di sini tidak ada mimpi setinggi langit, yang mereka tau; jika kau mau hidup, bekerjalah, apa saja

Seperti mesin produksi yang terus bergerak tak mau tau kami batuk dan mulai sulit bernapas


Tak perlu menyoal privilese, dilema usia dua puluh, dan apalah itu persetan yang orang kota bicarakan

Modernitas masuk tanpa permisi

Namun yang mereka tau berjoget dengan musik yang lagi laku,

Sedang ditanya cita-cita bungkam takut dihakimi


Kau harus masuk lebih dalam untuk menemukan mata-mata yang berbinar

Kaki yang kuat berlari ke sana dan kemari

Baju yang kedodoran karena sering dipakai bermain di lapangan desa


Jangan harap seperti di kota

Apapun kau minta telah tersedia

Semua pembahasan diromantisasi

Di sini semua diraih dengan hati-hati

Mimpi dinyalakan dengan ragu

Bahkan lebih nyala kerlip gedung megah itu


Di tapak sekolah negeri berdinding hijau ini aku tak yakin,

Benarkah kita merdeka?

Benar anak-anak di hadapanku ini tau kita merdeka?

Dan tau bahwa untuk bercita-cita kau dibebaskan untuk menggapainya?


Sedang di dalam gedung megah itu;

kekayaan diwujudkan, diam-diam

Tak usah bicara empati dan berdaya, urus saja diri sendiri,

yang maksudnya sama dengan kau bodoh aku tidak peduli.

Ditulis oleh Restu Almalita, mahasiswi Ilmu Komunikasi, FISIP 2018




Kolom Komentar

Share this article