Elegi Gerakan Reformasi
Sebuah puisi oleh Mayang Sari, mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional 2013. (Sumber foto: www.intelijen.co.id)
1998 momentum sakral
Yang kau sebut sebagai perjuangan telah terbayar
Terlepas dari diktator handal, bangsa ini menghirup udara segar
Namun, napas perjuangan janganlah usai
Karena kini, rezim pun berevolusi
Dengan warna-warni rekonstruksi duniawi
Dihelat berbagai budaya moderat
Hingga terlupa, terlena, dan terjerat
Riwayatmu kini..
Bangsa nelangsa dibuatnya
Sejarah yang terlukis air mata dan darah
terkikis oleh yang apatis
Atau materialis dengan pikiran praktis
Euphoria reformasi, Gerakmu kini..
Bagai dilema tak kunjung usai
Demokrasi katanya..
Faktanya..
Bisik-bisik yang mengusik telah ditilik
Pekatnya sekat terdapat, terendus..
Pemangku dengan rakyat
Oleh kepentingan konglomerat
Di balik siasat yang katanya wakil pun atas nama rakyat
Suara rakyat yang tertindas, kau perjuangkan
Reformasi, geliatmu kini..
Tak bisa dipungkiri maraknya politisasi
Yang mendominasi
Sudikah kau tuk mengakui?
Kebatilan-kebatilan yang tersembunyi
Apik terlindungi, bersemayam abadi
Akar korupsi diladang kompetisi, kursi panas politisi
Indonesia wajahmu kini..
Pemudanya terlena eksistensi era digitalisasi
Tantangan besar pejuang reformasi
Melawan lupa muruah para pendiri
Tak sudi rakyat dikebiri
Kuasa intimidasi anti kritik
Bersuara dibungkam dan terancam
Peraturan pencekik nan menggelitik
Reformasi kini..
Tak beda orba yang menggelayut
Ditulis oleh Mayang Sari, mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP 2013