Dongeng Tikus
Sebuah puisi dari Mahameru Primantoro, mahasiswa FKIP 2015.
Kabar-banten.com
(1)
Jarum jam menunjukkan pukul dua
Sunyi sangat kentara
Beberapa kendaraan masih terdengar lalu-lalang
Untuk pulang, namun ada baru akan memulai hari mereka menjemput uang
Kata mereka yang disebut pejuang
Hidup harus berimbang
Jam tampil kita berbeda, sesuai susunan acara
Setiap orang berbeda peran
(2)
Jarum jam sudah bergeser
Membentuk sudut yang menyiku
dan belum ada tebersit untuk tidur
sialnya aku teringat kisah , yang diberikan oleh nenekku
dahulu. semua hewan nyiyir
karena, tikus dapat membunuh para harimau
kalau dipikir bisa jadi kenyataan
(3)
Sedangkan manusia sedang sibuk membuat pembasmi tikus
Para peneliti sedang berlomba, memamerkan senjata siapa yang paling mutakhir
“senjata ini dapat membunuh pimpinan besar”
“ciptaanku dapat membunuh semua tikus dari berbagai spesies”
Sorak sorai dari mereka yang sepakat, kilahnya agar ada efek jera dan tidak berulang lagi di hari dikemudian
(4)
Namun, tentang keras dari para pejuang , karena cara itu tidak manusiawi
“kan mereka bukan manusia”
Cecar kaum yang sepakat dengan peneliti
Mereka sudah jenuh. Karena tikus selalu muncul di media
Dengan mimik tidak bersalah. Bahkan ada yang tampak lesung pipit di pipi
Akhirnya pemimpin mengumpulkan pejuang dan peneliti dalam satu meja
Peneliti berkeras, efek jeralah solusinya
Pejuang dengan santai mengingatkan. Bahwa harus menjaga keseimbagan bumi
Akhirnya pemerintah mengambil solusi
Dengan membunuh peneliti maupun pejuang. Mereka tidak sadar ternyata tikuslah di balik topeng pemimpin.
Ditulis oleh Mahameru Primantoro, mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP 2015.