Dilema Kota di Kala Senja
Ilustrasi (Sumber: mariogatravel.com)
Hamparan tepian sungai mahakam matahari senja
Masih saja sesekali kapal pencari rupiah melintas
Entah minyak bumi atau batu bara yang dibawa
Duduk ditepi jalan menjajakan dagang demi sekarung beras
Bagai sudah tak tersadar bahwa matahari pun sudah akan tenggelam
Kereta beroda empat lalu lalang tiada ada hentinya
Melintas dari kiri kekanan tak terhitung berapa jumlahnya
Para pemusik cilik bersuara indah menjajakan suaranya
Seakan tak peduli bahwa telah berkumandang adzan
Dengan peluh di dahi mereka lelah bekerja
Tapi apa daya seorang penguasa menunggu mereka di trotoar jalan
Hari berganti dari terang benderang menjadi gelap bercahayakan hanya lampu lampu taman
Namun kehidupan tetap pada kokohnya sikap
Yang ramai bahkan semakin ramai dikala usai adzan
Indah hidup dikota dengan segala yg gemerlap
Inipun semua nikmat dari tuhann
Yang diharap tak didapati kesedihannya
Ditulis oleh Diana Noviantin, Mahasiswi Sastra Inggris FIB 2016.