Dialog Bisu untuk Negeri(ku)
Sebuah puisi yang ditulis oleh Awaliyah Nur Annisa, mahasiswi FIB 2015. (Sumber foto: cirebontrust.com)
Selamat datang di Negeriku..
Negeri gembur di bawah payung khatulistiwa..
Primadona zamrud hijau dunia
Ratna mutu manikam tiada dua
Selamat datang di Negeriku..
Pertiwi subur bak permadani hijau luas terhampar
Surga dunia di kaki horizon biru yang ditembusi surya luah-melimpah
Membuat hijau pucuk jambu sesak mengisi ruas-ruas batangnya
Kawan, ini Negeriku..
Juga Negeri tempat ratusan endemik langka hidup beranak pinak
Rumah segala macam kekayaan yang tak bisa dihitung luar kepala
Negeriku ini negeri maritim kawan..
Garis pantainya melajur berjajar di inci tanahnya
Pori lautan yang menyimpan gerombol tuna yang mahal
Gugusan terumbu karang luas merentang
Tapi anehnya..
Baru-baru ini sampai di pendengaranku..
Anak-anak tanggung berkaki telanjang tidak kenal aksara
Lelaki bungkuk veteran perbatasan mati sengsara
Janda dengan dua anak terpaksa tinggal di rumah bekas etawa
Bocah pesisir gagal pergi sekolah, karena harus menjala
Kadang aku menggugat, sebenarnya ini tanah surga atau tanah derita
Karena,
Sehari.. sebulan.. setahun.. bertahun-tahun..
Harapan tentang derita yang mungkin akan karam,
Rupanya hanya mimpi belaka,
Orasi yang digaungkan tanpa guna,
Karena persoalan negeri ini makin lama makin menyiksa,
Yang kuasa seperti ambil alih atas yang biasa,
Aparatur negara menjadi panggung gelak tawa.
Lantas, Ini negara atau panggung sandiwara?
Ditulis oleh Awaliah Nur Annisa mahasiswi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya 2015