Puisi

Di Dalam Mesin Waktu

Ilustrasi (Sumber: Malahira Nur Pratama)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Aku adalah sebagian dari apa yang tidak mungkin aku pahami.
Menjadi kacau merupakan kepatutan yang wajar.
Seperti berlian atau sinar-sinar dari pantulan yang tidak jelas.
Menangkup semua gelisah bahkan juga air mata dalam senyap.

Aku sedang mencari ruang waktu yang berlalu.
Saat beberapa kepala penuh ego.
Memaksamu untuk menjadi korban mereka.

Bahkan hari-hari telah berlalu sebelum saat ini.
Ketika khawatir yang penuh telah mengudara dan bertengger di daun telingamu.

Khawatir dari sosok yang kau sebut sayang.
Yang kau bilang adalah sebagian dari yang besarang sebelum ada banyak keputusan.

Aku bahkan selalu bisa membaca.
Warna-warna penuh kata dan tanda.
Apapun seperti hari atau detik.
Lamunan di wajahmu yang unik.
Ialah separuh dari berbisik.
Ambil apa yang bisa kau sedihkan.
Hantui lah tapi jangan pernah takut.

Nampak sudah apa yang berlaku.
Ialah beban juga segunduk kata.
Wanita kuat telah menjadi lebih.
Aura juga kata-kata hati.

Sekarang aku berada di dalam mesin waktu.
Ingin aku memutar garis dan kembali pada hari saat kau minta aku kembali.
Saat kau bilang akan memutuskan hal yang besar.
Aku hanya bisa jadi sandaran bangkumu.
Aku bahkan tidak bisa memaksamu untuk tetap mengikuti jejak.

Namun aku ingin marah dengan segudang orang-orang yang berteriak bahagia dengan keputusan maumu.
Sedang mereka sekarang tidak pernah memperdulikan letihmu.
Bahkan sebagian mulai tak acuh pada setiap pintamu.

Percayalah bahwa akan selalu ada kasih yang memelukmu dalam gaduh.
Yang akan menyandarkan berapa pun gelisahnya untuk menampung gelisahmu.
Percayalah bahwa mungkin yang lain bisa miliki kata-katanya.
Tapi kau pemilik yang punya kata-kata.

Lalu aku mengurungkan niat.
Dan keluar dari dalam mesin waktu.
Sebab aku tahu kau mampu.
Lagi pula tanganku masih sanggup memelukmu.

Ditulis oleh Malahira Nur Pratama, mahasiswi Ilmu Pemerintahan FISIP 2014.



Kolom Komentar

Share this article