Dari Hujan yang Jatuh di Bumi
Ilustrasi hujan. Sumber: Tribun Lutra
Ketika hujan turun
Ku kenang tempat ini,
banjir di jalan A.W Syahrani
Tempat segala tanda tanya tumpah meluap-luap
memenuhi jalan
Kau basah
Air pelan-pelan singgah di keningmu,
seperti mencari-cari telinga dan bertanya
“siapkah kau menangis esok hari?”
Bergetar tanganmu, kuat menggenggam
Dingin dan ketakutan
berharap jari-jari menjelma payung
Untuk air mata kita masing-masing
Hujan turun lebih cepat daripada waktu
Jatuh bertubi-tubi,
tepat di atas tubuh kita yang kemarau
Sore itu
Setelah hujan reda
Kulihat genangan air dan tanda tanya,
Dalam dan tenang
Kemudian langkah kita berhenti
demi sepi yang lebih panjang
Burung-burung terbang lebih tinggi
Bulan semakin dekat dengan matahari
Tetapi aku melihat cintaku,
Terkutuk terantai tanpamu
Demi hujan yang jatuh di bumi,
Akhirnya kau pergi
Dan aku hanya memiliki dua mata,
dengan seribu air matamu di dalamnya.
Ditulis oleh La Dores, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik