Hari Besar

Memaknai Hari Puisi Sedunia di Tengah Social Distancing

Hari besar puisi

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dok. Pribadi

SKETSA - Warga dunia kembali peringati hari puisi yang jatuh setiap 21 Maret. Telah berlangsung dari tahun ke tahun semenjak disahkan pertama kali pada 1999 lalu oleh UNESCO, yakni Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hari puisi sejagat itu juga turut diperingati dengan sukacita di Indonesia. Disambut dengan antusias oleh para pecinta puisi, penyair, pengarang, sastrawan atau bahkan penikmat puisi.

Namun Hari Puisi Sedunia tahun ini cukup berbeda dari tahun sebelumnya. Karena sebagian warga dunia, khususnya Indonesia yang sedang berusaha menangani virus corona (Covid-19) dengan menerapkan social distancing atau membatasi aktivitas sosial di tempat umum.

Hal ini kemudian berdampak pada beberapa agenda untuk merayakan hari puisi. Sehingga, kegiatan-kegiatan seperti pembacaan puisi yang biasa dilakukan di berbagai tempat, tidak dapat terlihat pada momen Hari Puisi Sedunia tahun ini.

Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat para pecinta puisi untuk tetap memperingati Hari Puisi Sedunia. Seperti halnya, Dahri Dahlan, salah satu dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul yang punya cara tersendiri dalam memaknai hari puisi kali ini.

“Kita masih beruntung ada media sosial. Beda dengan 10 tahun lalu. Bisa dengan menulis dan posting puisi, yang kira bisa meredam kepanikan soal corona,” ungkapnya, Jumat (20/3).

Menurutnya, memperingati hari puisi masih tetap dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial untuk berbagi puisi. Tak hanya itu, FIB memiliki cara tersendiri dalam memperingati hari puisi, tidak hanya sekadar memperingatinya satu tahun sekali.

“FIB membangun sikap intelektual setiap hari dan setiap semester terhadap puisi. Kami mengkaji, kami meneliti, dan kami menyiarkan makna-makna puisi,” tambahnya.

Meski kadang dianggap sepele oleh sebagian orang, dikatakan Dahri, Hari Puisi Sedunia sangatlah penting untuk diperingati. Ini merupakan bentuk kesadaran manusia terhadap bahasa dan budaya, yang berwujud menjadi berbagi rasa melalui cara yang berbeda, serta sebagai bentuk kreatifitas manusia.

“Sepenting puisi itu sendiri, dalam teori-teori sosiologi sastra, bahkan dalam teori sosial umum, karya sastra dianggap sebagai lembaga sosial. Supaya sekali dalam setahun masyarakat diingatkan bahwa puisi punya signifikansinya dalam kehidupan,” imbuhnya.

Terkait minat para generasi milenial terhadap karya sastra khususnya puisi, baginya sudah cukup baik karena sudah lebih mudah ditemui dalam berbagai bentuk karya. Hal tersebut merupakan kemajuan dan peningkatan yang sangat baik.

“Sudah bagus, puisi sekarang bisa dijumpai di film, di baju kaos, totebag, media sosial, mural, dan sebagainya. Sudah banyak media alternatif.”

Bertepatan dengan peringatan Hari Puisi Sedunia ini, Dahri berharap agar minat puisi yang sudah ada, tetap dijaga dan dirawat, serta semangat dalam mencintai puisi tetap dilestarikan. “Antusias sudah bagus, kita tinggal berharap semua bisa merawat nilai puisi dan merawat cara baik kita saat ini terhadap puisi.” tutupnya.

Puisi bukan hanya rangkaian kata biasa. Namun di dalamnya memiliki makna yang sangat mendalam. Jangan berhenti berbagi rasa melalui puisi, dan selamat Hari Puisi Sedunia! (khn/rth/wil)



Kolom Komentar

Share this article