Puisi

Cinta Dalam Do’a

Puisi yang ditulis oleh Hotimatul Hasanah, mahasiswi Akuntansi FEB 2015. (Sumber foto: dok. penulis)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Teruntuk kamu di Kota Malang. . . . .
Datanglah, meski bukan sebagai hujan
Jadi teman bercerita saja rasanya sudah cukup
Luka, airmata, dan bahagia menulis kisah-kisah kita
Masihkah harus kuhitung jarak,
Sedangkan detak jantungmu masih terasa dalam dadaku
Bila suatu pagi kau mendengar batu menangis,
Ingatlah aku, yang selalu diam mencintaimu

Teruntuk kamu yang jauh di sana. . . . .
Beri aku waktu menghitung jarak yang berjarak ini
Sebelum berjalan menembus batas waktu
Dalam kesedihan ini akan kubangun rumahku
Dan kutanam wajahmu diseluruh penjuru
Aku cemburu pada angin yang mengusap rambutmu
Sementara bait puisi yang ku syairkan,
Tak dapat menyentuh hatimu
Benarkah kunci hati yang patah,
Tak dapat membuka pintu hatimu kembali
Waktu telah mengubah segalanya
Tiap detik kita menjadi orang yang berbeda
Aku takut dalam hari-hariku tak pernah kujumpa dirimu lagi
Sedangkan tanganku masih terus terangkat
Hingga dia yang Maha tau mendengar do’aku
Bukan karena pergimu aku rindu
Tetapi karena tak dapat kuubah waktu haluanku mencintaimu

Bagi perempuan, isyarat adalah harapan
Dan ketidakpastian adalah penderitaan
Cobalah sadarkan dirimu, buka sedikit ruang dihatimu
Kalau kau tanya seberapa besar rasa cintaku
Ia tak pernah lebih dari seujung kuku
Tidak besar memang, tapi juga tidak ada habisnya
Memilikimu adalah kebutuhan bukan keinginan
Andai kamu tau, aku bosan merindu sendiri
Maka aku menemuimu, dalam puisi berkali-kali

Kalau kamu membaca ini
Kamu pasti mengerti rasanya rindu.

Ditulis oleh Hotimatul Hasanah, mahasiswi Akuntansi FEB 2015




Kolom Komentar

Share this article