Puisi

Cermin Paling Terang

Yang datang tanpa diundang bisa jadi cermin paling terang‎

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Freepik

‎Ada benih yang tak pernah kutanam,
Tetapi ia tumbuh bahkan tanpa siraman
‎Konon begitulah titahnya,
‎Datang tanpa diminta dan tetap kupelihara‎

‎Berganti hari, kulihat Ia subur berwarna pekat,
‎Merah tua menyalur, berduri menusuk tepat
‎Bukan mawar harum penuh pesona,
‎Melainkan duri yang menguji jiwa

‎Kata orang, setiap penantian 'kan berbuah,
‎Namun tak semua doa lekas berlimpah
‎Harap ku ucap, getir kujalin,
‎Kadang hadiah hanyalah bayang angin

‎Ingin bersuara dan meraung menolak,
‎Ternyata diam pun bisa berteriak
‎Tanpa mengadu, semesta tahu,
‎Kita manusia dengan luka yang syahdu

‎Tanaman itu tetap menunaikan takdir,
‎Tak peduli aku ingin atau mungkir
‎Ia tetap kokoh, mengakar di tanah,
Mengajariku arti menerima pasrah

‎Maka semesta berbisik lirih:
‎Yang hitam pun mampu menyalin putih
‎Yang asing dan tak pernah diminta menjelma bagian jiwa
‎Yang datang tanpa diundang bisa jadi cermin paling terang

Puisi ini ditulis oleh Selma Mela Elyani, mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional FISIP Unmul 2022



Kolom Komentar

Share this article