Puisi

Catatan Anak Perantau

Sebuah puisi yang ditulis oleh Taufik Noor mahasiswa Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan 2015 (Foto: abunawaf.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Hari ini mentari memancarkan sinarnya kembali ke seluruh kota Tepian. Ya itulah julukan kota Samarinda yang kendaraaan terlalu ramai berlalu lalang. Bahkan suara kendaraan yang saling berbalapan pun sudah jadi tontonan yang lazim di kota ini. Kumpulan orang pun terlalu sibuk berkerumun di bangunan kota yang sangat menjulang ke langit bahkan ada yang terlalu sesak memakan hamparan tanah kota.

Di sini aku termenung, di dalam kamar yang kumuh ditemani oleh kesendirian. Perasaan yang gundah, gelisah, ceria bahkan marah pun sering bercampur baur menjadi satu. Ya inilah aku, seorang anak perantau yang jauh dari kampung halaman yang sejak Mei 2015 memutuskan untuk hijrah. Meninggalkan kota Paser yang dulu aku jalani, bahkan rela meninggalkan mereka yang sangat aku dambakan, ya mereka adalah keluarga kecilku.

Lazimnya setiap pertemuan pasti ada perpisahan begitu pula setiap kepergian pasti ada saja kepulangan. Sekarang aku mengerti kenapa menjadi anak perantau itu sangatlah susah. Hidup seperti ini harus irit segalanya, tetapi aku bersyukur bisa seperti ini, ya aku bersyukur karena aku dapat membuat mereka bangga dengan pencapaianku selama ini.

Aku masih teringat dulu waktu masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, ya dulu aku orangnya sangatlah culun bahkan untuk bergaul pun susah. Bukan hanya itu, setiap aku punya ide atau apa pun aku tidak dapat maju untuk menyampaikannya.

Tetapi, sekarang sudah berbeda, ibarat lagu "Aku yang dulu bukanlah yang sekarang", ya karena aku yang sekarang sangatlah gampang bergaul, bahkan untuk setiap ide pun aku selalu berani untuk maju dan menuangkannya, walaupun aku tau pasti itu akan gagal atau bahkan ditertawakan oleh mereka. Tetapi, aku yakin itu semua adalah kunci untuk menggapai kesuksesanku nanti.

Terkadang aku masih juga bingung, bingung seribu bahasa, bingung akan aku bawa kemana masa depan ini. Terkadang pikiran itu selalu muncul, ya pikiran itu "Apakah aku nanti akan mendapatkan pekerjaan dari masa perantauanku ini?".

Tetapi aku tahu, di sisi lain aku juga sangatlah percaya bahwa perantauan ini bukanlah mencari pekerjaan tetapi hanya mencari kesuksesan.

Perjalananku masih panjang, waktu perantauanku bisa dibilang masih sangat lama. Ya aku masih harus menempuh perantauan ini untuk menyelesaikan kependidikanku atau mungkin sampai masa suksesku. Tetapi aku akan mencobanya agar dapat membuat mereka bahagia, ya mereka adalah keluarga kecilku.

Ditulis oleh Taufik Noor mahasiswa Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan 2015



Kolom Komentar

Share this article