Puisi

Aku Benci Menulis Puisi

Sebuah puisi oleh Rio Febby Pratama, mahasiswa program studi Sastra Inggris 2014, FIB. (Sumber foto: istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Aku benci menulis puisi.

Aku benci membuka diri, menulis kalimat fiksi tanpa arti. Menuangkannya pada secarik kertas, dan membiarkannya bebas, lepas.

Aku benci meminum kopi, lalu mencari inspirasi, berimajinasi, melayang tinggi, lalu terjatuh karena gravitasi. Menguras isi kepala, mencari kosakata yang berima dan sempurna.

Aku benci mengalami jemu, meramu kata satu persatu dan menulisnya di atas kertas yang berdebu. Membuat naskah dimana aku dan kamu, bertemu, dan menjadi satu.

Aku benci menjadi romantis, lalu mencoret pena dengan anarkis, baris demi baris. Melafalkannya melalui lidah lalu mencari wadah, agar bait ini tidak kehilangan arah dan dapat berubah menjadi puisi yang indah.

Aku benci mencari waktu luang, mencari peluang untuk menuang perasaan ini kedalam sebuah lubang atau ruang. Menggali dan menguburnya dalam-dalam dan membiarkannya tenggelam.

Aku benci merasa kelam, menulis bersama malam, ataupun berteriak dalam diam. Menggores tinta, menulis puisi picisan tentang cinta, kita, senja, dan akhirnya kembali menjadi hampa.

Aku benci menulis puisi.

Karena tanpamu, puisi ini telah lama mati.


Ditulis oleh Rio Febby Pratama, mahasiswa program studi Sastra Inggris 2014, FIB.



Kolom Komentar

Share this article