Akhirnya Menahun
Ilustrasi (Sumber: Istimewa)
- 04 Feb 2018
- Komentar
- 1388 Kali
Waktu itu Rabu, aroma angin sedang beda
Aku juga beda, karena punya tugas baru
Membahagiakanmu, sesederhana itu
Waktu itu Februari, aku sedang semangat
Semangat bertemu kamu yang lain
Sambil membuat cerita baru bersama
Dia bilang, aku harus belajar
Kamu bilang, yang penting bersenang-senang
Ayo, kita harus memilih jalan
Lambat atau cepat semuanya diatur waktu
Dia bilang, aku harus mendengarkan
Aku juga merekam kata-kata
Lalu ditulis, hingga ke tangan-tangannya
Sayang, ini semakin rumit
Aku jenuh, dan dia penuh peluh
Kamu bosan, tapi tak ingin ditinggal
Sayang, dia semakin tidak adil
Rantingnya dipatah, imannya goyah
Yang lain disuruh keluar, aku pilih diam
Aku diatur waktu
Semakin kurang melepas rindu
Semakin jarang bertemu ibu
Aku diatur Tuhan
Jika tidak beriman, pergilah
Jika tidak berani, putus asa lah
Aku berhasil belajar
Kata dia, delapan bulan bukan barang baru
Bisa disingkirkan atau disimpan buat besok kalau tidak bosan
Aku berhasil mengajar
Kamu senang dan berbintang
Kamu paham lalu tinggal kenang
Waktu itu Kamis, aroma angin sedang sama
Bedanya, bulan sedang marah
Tapi kami sumringah
Hari ini Februari, sayang
Dia berubah, aku belum pindah
Kamu imamnya, dan kita masih butuh kesempatan sekali lagi.
Ditulis oleh Yunisa Wahyuni, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP 2015.