Puisi

Akhirnya Menahun

Ilustrasi (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Waktu itu Rabu, aroma angin sedang beda
Aku juga beda, karena punya tugas baru
Membahagiakanmu, sesederhana itu

Waktu itu Februari, aku sedang semangat
Semangat bertemu kamu yang lain
Sambil membuat cerita baru bersama

Dia bilang, aku harus belajar
Kamu bilang, yang penting bersenang-senang
Ayo, kita harus memilih jalan
Lambat atau cepat semuanya diatur waktu

Dia bilang, aku harus mendengarkan
Aku juga merekam kata-kata
Lalu ditulis, hingga ke tangan-tangannya

Sayang, ini semakin rumit
Aku jenuh, dan dia penuh peluh
Kamu bosan, tapi tak ingin ditinggal

Sayang, dia semakin tidak adil
Rantingnya dipatah, imannya goyah
Yang lain disuruh keluar, aku pilih diam

Aku diatur waktu
Semakin kurang melepas rindu
Semakin jarang bertemu ibu

Aku diatur Tuhan
Jika tidak beriman, pergilah
Jika tidak berani, putus asa lah

Aku berhasil belajar
Kata dia, delapan bulan bukan barang baru
Bisa disingkirkan atau disimpan buat besok kalau tidak bosan

Aku berhasil mengajar
Kamu senang dan berbintang
Kamu paham lalu tinggal kenang

Waktu itu Kamis, aroma angin sedang sama
Bedanya, bulan sedang marah
Tapi kami sumringah

Hari ini Februari, sayang
Dia berubah, aku belum pindah
Kamu imamnya, dan kita masih butuh kesempatan sekali lagi.

Ditulis oleh Yunisa Wahyuni, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP 2015.



Kolom Komentar

Share this article