Hari Ulang Tahun Kota Samarinda, Jembatan Mahulu Gelap Gulita
Kondisi Jembatan Mahulu yang butuh akses pencahayaan. (sumber foto: istimewa)
Sudah lama, Jembatan Mahakam Ulu (Mahulu) menjadi salah satu ikon kota Samarinda. Jembatan Mahulu yang merupakan akses vital di Samarinda sangat berperan penting dalam distribusi barang sehingga membuat kota Samarinda menjadi pusat arus perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim).
Dengan perannya yang amat vital, perawatan dan pemeliharaan jembatan secara berkala menjadi faktor pendukung dalam menjaga keharmonisan. Namun, fakta di lapangan bertolak belakang dengan saudara tuanya yakni Jembatan Mahakam Kota (Mahkota) Dua yang sangat indah sekali dipandang. Justru, Jembatan Mahulu kini terlihat kusam tak terawat dan ditelan kegelapan.
Tak terasa, kota Samarinda sudah memasuki usia 351 tahun dan Pemerintah Kota Samarinda berusia 59 tahun. Namun, miris sekali di tengah gegap gempita ulang tahun kota Tepian, masih ada Jembatan Mahulu yang gelap sekali. Jembatan kebanggaan masyarakat Loa Janan yang sangat memberikan peran penting dalam perekonomian Kaltim.
Padahal, jembatan ini mampu menjadi potensi luar biasa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat jika jembatan ini bercahaya, akan ada kegiatan pereknomian masyarakat di sekitar Jembatan Mahulu dan bisa menjadi salah satu tempat wisata bagi masyarakat.
Samarinda Seberang tak hanya memiliki satu jembatan penghubung, terdapat juga Jembatan Mahkota Dua yang menghubungkan antara Jalan Soedjono dengan Jalan Trikora. Fakta di lapangan berbeda 180 derajat dengan Jembatan Mahulu, menjadi destinasi baru bagi masyarakat dengan lampunya yang sangat cantik. Cahaya lampunya menjadi daya tarik masyarakat sehingga masyarakat berkumpul dan bisa mengabadikan momen terbaik mereka. Pemerintah Kota begitu peduli dengan jembatan ini, tapi tidak untuk Mahulu.
Anggaran sebesar Rp600 Miliar digelontorkan untuk mempercantik Jembatan Mahkota Dua untuk biaya lampu tematik (warna-warni). Dengan biaya sebesar itu, tentu Jembatan Mahkota Dua menjadi landmark baru Samarinda dan pusat destinasi wisata dengan mengarungi Sungai Mahakam serta melihat cantiknya jembatan di malam hari. Pemerintah kota sangat serius memperhatikan jembatan ini, sebab sebesar Rp2 Miliar pertahun di anggarkan pemkot untuk biaya perawatan jembatan ini agar tetap cantik dan terang di malam hari.
Anggaran sebesar itu yang dikeluarkan tentu menjadi tanggung jawab pemerintah kota dan harus secara berkala dikembangkan agar perawatan jembatan terus dilakukan dan menciptakan rasa aman bagi masyarakatnya. Berbanding terbalik dengan Jembatan Mahulu, yang sama-sama letaknya di seberang Samarinda. Jembatan Mahulu tidak terurus, kusam dan gelap gulita saat malam hari. Jelas, ketimpangan perawatan dan pemeliharaan antar kedua jembatan ini membuat masyarakat Samarinda yang berada di Loa Janan, Loa Buah dan sekitarnya resah serta peluang adanya tindakan kriminalitas semakin besar yang memakan korban bagi para pengguna jembatan ini. Mulai dari jambret, begal, dan kecelakaan. Jembatan ini pun sudah memakan korban jiwa pada tahun 2016 dan 2018 yang terjadi kecelakaan lalu lintas.
Penerangan lampu yang merupakan hal vital pun tidak ada, sehingga gelap dan kalah "cantik" dengan saudara tuanya yang baru bisa dilewati dua tahun lalu. Dua perbedaan yang mencolok ini membuat Jembatan Mahulu seperti "anak tiri" di ibukota provinsi ini.
Perbedaan mencolok ini pun membuat sedih masyarakat Loa Janan dan Loa Buah yang setiap hari melintas di jembatan mahulu. Memang, bukan menjadi wewenang pemerintah kota. Sampai saat ini, diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov).
Harusnya, dalam momen ulang tahun hari ini, pemerintah bisa mendistribusikan perhatiannya ke Loa Janan terkhusus untuk Jembatan Mahulu. Bukan hanya persoalan ini saja, tapi masih banyak daftar permasalahan di Samarinda yang harus segera diselesaikan. Mulai dari banjir, kebersihan kota, air bersih, peredaran narkoba, masih banyaknya jalan yang gelap dan belum disemenisasi, dan lain-lain.
Besar harapan kami dalam momen ulang tahun ini, kami menyampaikan secara terbuka kepada pemkot Samarinda bisa merespons cepat keluhan masyarakat dan mendorong Pemprov untuk melakukan realisasi tindak lanjut dalam persoalan jembatan mahulu ini. Serta, mendukung gerakan #1000LampuUntukJembatanMahulu.
Sebagai akses vital, sudah seharusnya Jembatan Mahulu menjadi skala prioritas pemkot untuk mendorong pemprov menganggarkan di APBD-Perubahan 2019. Jika Pemprov tak sanggup, Pemkot harus berani mengelola jembatan ini agar kembali cantik dan nyaman untuk dilewati. Masalahnya, jika persoalan dibiarkan berlarut, maka masyarakat yang akan menjadi korban akibat gelap gulitanya jembatan kebanggaan masyarakat ini.
Selamat ulang tahun kota Tepian, terima kasih Kota Samarinda yang telah membuat kami merasakan Jembatan Mahulu yang gelap gulita.
Siaran Pers Komunitas Kolaborasi Pemuda Loa Janan terkait kondisi Jembatan Mahulu yang ditulis oleh Freijae Rakasiwi, Gubernur BEM FEB Unmul 2018.