Opini

Pentingnya Edukasi Keuangan Sejak Sekolah

Pendidikan finansial sejak sekolah jadi kebutuhan mendesak bagi generasi muda

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: AI Generated

Di era digital saat ini, kemampuan dalam mengelola keuangan bukanlah keterampilan tambahan, melainkan kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang atau individu. Sayangnya, kesadaran akan pentingnya literasi keuangan di Indonesia masih tergolong rendah, terutama di kalangan pelajar dan generasi muda. 

Oleh karena itu, edukasi keuangan sejak dini perlu menjadi bagian dari kurikulum sekolah.

Menurut data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68 persen. Angka tersebut meningkat dari 38,03 persen pada 2019. Angka yang cukup kecil dengan jangka waktu belasan tahun.

Sementara itu, indeks inklusi keuangan yang menunjukkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan juga meningkat menjadi 85,10 persen dari sebelumnya 76,19 persen. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun akses ke layanan keuangan meningkat, masih banyak masyarakat yang belum memahami cara mengelola uang secara bijak.

Khusus pada kalangan pelajar, OJK mencatat bahwa indeks literasi keuangan pelajar baru mencapai 47,56 persen, dengan inklusi keuangan sebesar 77,80 persen. Artinya, sebagian besar pelajar sudah memiliki akses ke rekening bank atau layanan keuangan digital.

Namun mereka belum memahami sepenuhnya cara menggunakan dan mengelola uang secara efektif. Hal ini bisa menjadi tantangan serius jika tidak diimbangi dengan pendidikan keuangan yang memadai sejak di bangku sekolah.

Indeks literasi keuangan merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana masyarakat memahami konsep dan pengelolaan keuangan pribadi secara bijak. Sementara itu, indeks inklusi keuangan menggambarkan tingkat keterlibatan dan kemudahan akses masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan formal, seperti perbankan, asuransi, dan investasi.

Edukasi keuangan di sekolah dapat dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti pembelajaran tentang cara menabung, membuat anggaran, mengenal kebutuhan dan keinginan, serta memahami risiko hutang dan investasi. Melalui pendekatan praktis ini, siswa tidak hanya dibekali kemampuan akademis, tetapi juga keterampilan hidup yang akan sangat berguna di masa depan.

Dengan meningkatnya literasi dan inklusi keuangan sejak dini, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi masyarakat yang mandiri secara finansial, berdaya saing global, serta mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi bangsa.

Opini ini ditulis oleh Afriza Maulana, mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Unmul 2025



Kolom Komentar

Share this article