SKETSA - Para pengunjung Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) tertunduk lesu ketika mendapati papan bertuliskan “tutup” di depan pintu gerbang masuk. Para pengunjung itu terpaksa pulang dengan menerima fakta bahwa KRUS akan tutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Rudianto Amirta, Dekan Fakultas Kehutanan menyebut bahwa langkah itu diambil demi memperbaiki KRUS. Hasil keputusan itu menyimpan lagi risiko di baliknya. Ariyanto seorang dosen Fahutan sekaligus Badan Pengelola KRUS mengaku khawatir. Sebab, artinya pendapatan yang masuk ke objek wisata KRUS kian hari kian menipis. Apalagi gaji para pekerja bukan lagi dari pemerintah kota (pemkot), melainkan hasil dari penjualan tiket.
Anto mengatakan sempat ada kerja sama antara KRUS dengan Pemkot Samarinda. Namun, belakangan kerja sama itu terputus karena merasa ada yang tak beres. "Kami prioritaskan menggaji karyawan, serta sedikit-sedikit biaya perbaikan yang tentu saja tidak cukup," ucapnya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Muhammad Faisal mengakui bahwa benar ada kerjasama KRUS dengan Pemkot Samarinda hingga 2020. "Ya, masih ada MoU sebenarnya, tapi kan itu ditindaklanjuti dengan SPK (surat perintah kerja) per empat sampai lima tahun," ucap Faisal saat ditemui 11 April lalu.
Ditambah keadaan pemkot yang sedang defisit ikut mempersulit bantuan yang mengalir ke KRUS. Ia menolak jika pemkot disebut lepas tangan terhadap KRUS. Ia menyatakan bahwa kerja sama ini sifatnya hanya membantu. Maka sekarang lantaran kondisi keuangan yang defisit, pemkot mencoba lebih fokus ke bidang lain.
"Tapi kan komitmen pemkot udah banyak tuh, membangun di sana. Banyak sekali. Nggak sebanding sebenarnya kalau berhitung dengan modal kembali," katanya. "Cuma kan pemkot enggak mikir ke arah sana. Memang kondisi keuangan 4-5 tahun terakhir sedang tidak baik. Sehingga, kami concern ke arah lain.”
Semestinya, menurut Faisal, pengelola KRUS bisa ikut sigap mencari strategi. Bisa dengan mencoba melakukan jalin kerja sama dengan pihak-pihak swasta. Sebab dampak dari mandeknya kerja sama KRUS dengan pemkot ini adalah kenyataan bahwa kedua pihak sudah tak lagi melakukan komunikasi.
"Mestinya ada konsultasi seperti apa. Tapi ini enggak ada cerita. Kami pernah panggil itu dua atau tiga tahun yang lalu, tapi setelah itu enggak ada komunikasi lagi," ujarnya.
Faisal merasa jalinan komunikasi antara Fahutan dan pengelola KRUS juga tak sebaik dulu. Sebagai Kepala Dinas Pariwisata ia pun merasa tak pernah dilibatkan lagi dalam pengembangan potensi KRUS. Andaikata Fahutan tak lagi merasa sanggup mengelola KRUS, pemkot, kata Faisal, siap saja untuk mengambil alih kemudi. (lel/jdj/wal)