Apa Kabar Vaksinasi Unmul? Siapkah Tatap Muka Diberlakukan?

Apa Kabar Vaksinasi Unmul? Siapkah Tatap Muka Diberlakukan?

Sumber Gambar: Istimewa

KAMMI Komisariat Unmul mengadakan diskusi dengan tema “Apa Kabar Vaksinasi Universitas Mulawarman, Siapkah Tatap Muka Diberlakukan?” pada Jumat (10/9) lalu. Diskusi dimulai pukul 20.20 Wita melalui aplikasi Zoom Meeting. Dengan narasumber dr. Nataniel Tandirogang (Ketua Satgas Covid-19 Unmul) dan Prof. Mustofa Agung Sardjono (Wakil Rektor Bidang Akademik Unmul), diskusi bertujuan untuk mencari tahu terkait kejelasan vaksinasi massal yang ada di lingkungan kampus serta kejelasan pembelajaran tatap muka.

Dr. Nataniel Tandirogang selaku ketua Satgas Covid-19 Unmul mengatakan, terkait dosis vaksin kampus Unmul menerima sebanyak 4600 dosis vaksin. Tahap pertama mendapatkan 3600 dosis vaksin dari pemerintah Samarinda untuk pejabat publik yang ada di Unmul. Sementara tahap kedua sebanyak 1000 dosis dari perusahaan Gojek Indonesia yang diperuntukkan untuk civitas academica yang ada di lingkungan Unmul.

Satgas juga telah mengirimkan surat permintaan dosis vaksin pada Dinas Kesehatan Kota Samarinda juga Wali Kota Samarinda, bahkan bersurat khusus kepada Kementerian Kesehatan RI terlebih pada kepala bagian yang menangani vaksin Covid-19 untuk meminta sebanyak 38.000 dosis vaksin bagi seluruh civitas academica Unmul. Baik untuk tenaga pendidik, mahasiswa serta IKA Unmul guna mempercepat herd immunity di lingkungan kampus.

Sembari menunggu permintaan dosis vaksin, mahasiswa tetap bisa melakukan vaksinasi di daerah masing-masing guna mempercepat target vaksinasi yang ada. BEM di Unmul turut membantu mengirim surat kepada pemerintah untuk mempercepat pemberian vaksin bagi Unmul. Satgas juga menjelaskan, bahwa saat ini mereka kesulitan mencari data kesehatan mahasiswa yang terpapar Covid-19. Juga mahasiswa yang sedang isoman dan data mahasiswa yang sudah melakukan vaksin secara mandiri di daerahnya masing-masing untuk kemudian menentukan rekomendasi ke depannya bagi Unmul.

Satgas sendiri memberikan rekomendasi kepada pimpinan Unmul untuk tetap melaksanakan perkuliahan secara daring pada semester ganjil tahun ini. Kemudian, melaksanakan prokes ketat di lingkungan kampus. Lalu mempersiapkan fakultas untuk perkuliahan secara hybrid, baik dari kelengkapan fasilitas maupun strategi yang dibutuhkan setiap fakultas apabila ada peluang pada bulan September ini. Terakhir, pimpinan Unmul dapat tetap melakukan evaluasi dari semua kegiatan yang ada di lingkungan kampus.

Dilanjutkan dengan narasumber yang kedua, yaitu Prof. Mustofa Agung Sardjono yang menjelaskan penanganan Covid-19 di Unmul. Tentunya harus dilakukan secara hati-hati, baik dalam penanganan maupun dalam menentukan kebijakan untuk setiap kegiatan yang ada di lingkungan Unmul. Mustofa juga menjelaskan bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh Birokrat Unmul selalu memperhatikan rekomendasi dari Satgas Covid-19 Unmul. Dalam hal vaksin, mereka masih menunggu dosis yang masuk untuk Unmul dan yang akan jadi prioritas adalah mahasiswa, dosen dan seluruh civitas academica Unmul.

Ia memaparkan, semua kebijakan terkait kegiatan luring hanya digunakan untuk beberapa kegiatan tertentu hingga saat ini. Seperti praktik kesehatan yang ada di Fakultas Kedokteran dan praktik bengkel yang ada di Fakultas Teknik. Jika ada kemungkinan dan peluang untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan secara hybrid di September, pihaknya juga sudah memerintahkan kepada para wakil dekan di setiap fakultas untuk mempersiapkan segala kemungkinan. Mulai dari fasilitas, strategi dan kesiapan birokrat masing-masing fakultas untuk mengadakan perkuliahan secara hybrid jika ada rekomendasi dari Satgas Covid-19 Unmul. Rektor juga memperhatikan setiap kebijakan dengan mendengar masukan dari para dekan dan wakil rektor untuk menentukan kebijakan selanjutnya terkait perkuliahan.

Beliau menuturkan, setiap kebijakan saat ini dan ke depannya terkait dengan kebijakan perkuliahan secara hybrid tetap memperhatikan keselamatan. Karena bukan seberapa siap untuk mengadakan perkuliahan secara langsung, melainkan prioritas kesehatan sebagai yang utama.

Masuk pada sesi diskusi, dr Nataniel menyampaikan bahwa proses perkuliahan tatap muka diperuntukkan bagi mahasiswa yang telah melakukan vaksin dosis pertama. Fakultas juga harus mempersiapkan ruangan standar Covid-19 untuk bisa melaksanakan perkuliahan secara hybrid. Kemungkinan, saat ini hal tersebut masih belum bisa dilaksanakan. Ini didasari dengan positivity rate yang masih berada di atas 5 persen, terlebih seluruh mahasiswa belum seluruhnya mendapatkan dosis vaksin.

Selain itu, dr. Nataniel menjelaskan upaya lain yang dilakukan oleh Rektor Unmul serta Gubernur Kaltim. Di mana mereka memohon secara langsung kepada kepala bagian yang menangani vaksin di Kementerian Kesehatan RI agar secepatnya mendistribusikan dosis vaksin untuk Unmul.

Saat ini, stok vaksin memang banyak. Tetapi permasalahan terkait regutentunya kembali lagi kami dari Satgas meminta bantuan dan kerjasamanya baik dari Presiden BEM KM Unmul maupun Gubernur BEM-BEM Fakultas untuk mengirim surat pada pemerintah agar mempercepat distribusi vaksin untuk Universitas Mulawarman.

Mengenai produktivitas pada skenario kuliah hybrid, Mustofa mengatakan jika keterampilan mahasiswa akan lebih meningkat. Sebab berbeda dengan kuliah daring yang terlalu fokus pada materi dan teori. Sementara, pihaknya belum bisa memberikan izin sepenuhnya kepada organisasi mahasiswa untuk berkegiatan secara luring di lingkungan kampus.

Sesi ditutup dengan closing statement dari narasumber dan kesimpulan diskusi. Sampai saat ini tidak ada kejelasan terkait vaksinasi massal yang akan dilakukan oleh Unmul untuk seluruh elemen, melihat belum adanya pendistribusian dosis vaksin dari pemerintah. Kemudian, belum ada titik terang yang jelas terkait pembelajaran tatap muka. Sebab dari Unmul sendiri masih menunggu rekomendasi dari Satgas Covid-19 Unmul dan pemerintah provinsi untuk melakukan pembelajaran tatap muka pada semester ganjil tahun ini.

Ditulis oleh KAMMI Komisariat Universitas Mulawarman.