Aksi Minggu Pagi Melawan

Aksi Minggu Pagi Melawan

Salam Dedikasi!

"Kenaikan harga kebutuhan pokok yakni daging ayam dan telur bukan saja memperbesar beban masyarakat pada umumnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap pendapatan dan daya beli menurun khususnya. Dan akan mengakibatkan kesenjangan pada masyarakat".

Dalam satu pekan terakhir, masyarakat dibuat gelisah dengan kondisi perekonomian yang kian hari kian sulit. Di tengah pendapatan tidak naik signifikan, justru pengeluaran semakin bertambah seiring naiknya harga barang maupun pangan.

Di Samarinda pun tak ketinggalan ikut merasakan kenaikan harga. Terutama daging ayam dan telur ayam. Melonjaknya harga daging ayam dan telur dipasar tradisional di Samarinda mulai membuat masyarakat resah. Selain harga semakin mahal, diperparah lagi pasokan daging ayam juga terus menipis. Ini berdampak sangat besar yang membuat para penjual daging ayam dan UMKM tutup karena tidak mampu lagi menanggung biaya bahan baku semakin membengkak.

Parahnya, kelangkaan hingga melonjaknya harga daging ayam maupun telur di pasar menjadi keresahan dan belum direspons oleh Pemkot. Pasalnya, sampai saat ini Pemkot Samarinda belum ada mengambil langkah nyata menyelesaikan permasalahan kenaikan harga tersebut.

Pada dasarnya, kenaikan harga daging ayam di sejumlah pasar di Kota Samarinda bervariasi sehingga masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam. Untuk ukuran daging ayam kecil (ukuran 1 kilogram), semula dijual Rp25 ribu, namun kini naik menjadi Rp33 ribu.

Sementara untuk harga daging ayam ukuran besar dengan berat 2 kilogram semula dibanderol Rp60 ribu. Nah, kini harganya melonjak hingga Rp70 ribu sampai Rp80 ribu per ekornya. Untuk telur harganya sudah meroket dengan harga Rp47-Rp55 ribu.

Sehubungan dengan masalah yang menghampiri masyarakat, harga daging ayam maupun telur sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan di Samarinda. Terkhusus untuk daging ayam. Kita ketahui bahwa apabila harga barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun. Sebaliknya, apabila harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik. Di dalam teori hukum penawaran barang pun sama. Apabila harga barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik pula. Sebaliknya, apabila harga barang turun, maka jumlah barang yang ditawarkan akan turun.

Dalam sepekan terakhir sumber kenaikan harga daging ayam maupun telur dapat disebabkan antara lain:

1. Minimnya stok daging ayam maupun telur yang dijual di kalangan pedagang.

2. Pengurangan distribusi anak ayam dari pusat ke daerah-daerah. Sehingga menyebabkan stok daging ayam menjadi berkurang.

3. Harga pakan ayam yang naik. Ini disebabkan masalah pakan dan bibit ayam memang bergantung pada pasokan dari pemerintah pusat. Sehingga, ketika ada masalah atau pengurangan dari pusat, maka akan berdampak langsung pada masyarakat yang ada di tingkat kabupaten/kota.

Daging ayam maupun telur sebagai salah satu bahan makanan pokok yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat. Jelas, yang dirugikan dalam kenaikan harga ini adalah konsumen dan para pedagang yang akan merogoh kocek lebih dalam serta akan mengurangi pembelian dikarenakan pengeluaran membengkak. Dampak yang terjadi dari permasalahan kenaikan harga ayam sudah dirasakan oleh masyarakat, antara lain:

  1. Menurunya pendapatan peternak ayam dan penjual daging ayam.
  2. Para peternak dan penjual akan mengalami kerugian bila ini terus terjadi.
  3. Permintaan akan daging ayam dan telurnya pasti akan mengalami penurunan yang cukup drastis.
  4. Harga makanan semakin naik sehingga para pelaku usaha terancam gulung tikar.
  5. Pengeluaran semakin membengkak, sehingga akan menyebabkan daya beli masyarakat akan turun.

Persoalan kenaikan harga daging ayam dan telur sudah membuat masyarakat gelisah. Namun, pemerintah diam seribu bahasa. Tidak ada pergerakan konkret yang signifikan untuk mengintervensi harga di pasar, terutama pemerintah kota Samarinda dalam hal ini walikota sebagai subjek pelaksana. Masyarakat sudah kecewa dengan gelombang permasalahan datang silih berganti, ini membuat kesejahteraan masyarakat akan semakin jauh dan malah semakin sulit.

Dengan dasar di atas , BEM FEB Unmul menyampaikan 3 tuntuntan kepada pemerintah kota Samarinda sebagai berikut:

  1. Mendesak Pemerintah kota Samarinda menstabilkan harga daging ayam dan telur di pasar.
  2. Menindak tegas para mafia penyelundupan daging ayam yang membuat harga semakin naik.
  3. Mendesak walikota Samarinda melakukan operasi pasar sampai harga daging ayam dan telur benar-benar turun dan stabil.

Stabilitas harga kebutuhan barang pokok menjadi instrumen kesejahteraan masyarakat. Harga barang pokok menjadi indikator pengeluaran dan pendapatan masyarakat. Namun, bulan Juli ini masyarakat dikagetkan dengan naiknya harga daging ayam dan telur.

Setiap kali ada kenaikan harga daging ayam maupun telur yang menjadi kebutuhan pokok di masyarakat, masyarakat akan selalu menolak karena akan menimbulkan dampak buruk. Mengingat keberadaan­nya yang begitu penting, maka apapun kondisi atau sesuatu yang timbul dari barang pokok tersebut akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat, dan akan memberikan multi player efek yang begitu besar bagi semua sektor kehidupan.

Pemerintah sama sekali tidak berpihak kepada rakyat, selalu menerapkan pengelolaan harga yang salah kaprah, sehingga kesejahteraan rakyat menjadi pilar utama yang dikorbankan dalam sebuah kebijakan, bukan dinomorduakan. Teruslah menguggat, nyanyikan melodi perlawanan, bahwa rakyat tidak sepakat harga barang pokok daging ayam dan telur naik!

Mari bapak walikota, kita bertemu dengan mahasiswa, masyarakat, pelaku UMKM, dan pedagang ayam untuk bapak cepat gerak menyelesaikan masalah kenaikan harga ini. Jangan bersembunyi lagi, Pak, dari kegelisahan masyarakat!

Panjang umur perlawanan!
Hidup Rakyat Indonesia!

Samarinda, 29 Juli 2018

Salam,

BEM FEB Unmul
"Dedikasi Untuk Indonesia"