Sumber Gambar: Pikiran Rakyat
SKETSA - Sosok Saur Marlina Manurung atau lebih dikenal dengan Butet Manurung merupakan seorang antropolog dan aktivis asal Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan. Ia mendirikan Sokola Rimba, pendidikan alternatif untuk anak-anak di pedalaman hutan Jambi, yang kesulitan menempuh bangku sekolah.
Perempuan inspiratif ini terpilih sebagai perwakilan Indonesia dalam 12 Barbie's Global Role Models 2022. Diinisiasi oleh perusahaan Barbie, guna meningkatkan kepercayaan diri seluruh perempuan dari segala usia. Menyadarkan bahwa mereka punya banyak potensi yang dapat dikembangkan. Kampanye tersebut juga sebagai upaya meningkatkan akses perempuan sebagai figur panutan.
Butet menjadi wajah Barbie mewakili konsep multikultural di Indonesia. Bersama sebelas perempuan lainya, mereka menjadi bukti bahwa perempuan bisa menjadi apapun yang mereka inginkan lewat kepercayaan dan kemauan.
Dua belas koleksi terbaru Barbie dengan wajah perempuan hebat dunia tersebut juga sebagai dukungan kampanye International Women's Day kali yang diperingati setiap 8 Maret. Gerakan tagar #breakthebias mengajak kita untuk mematahkan bias yang ada di sekitar kita, sebab bias sendiri menjadi penghambat perempuan untuk maju.
Bias dinilai sebagai kondisi yang memihak atau melawan suatu hal, dibandingkan dengan yang lain dengan cara yang dianggap tidak adil. Sejak lama perempuan dikonstruksi hanya bertanggung jawab pada wilayah domestik saja, sehingga dunia kerja masih didominasi oleh laki-laki. Tak hanya itu, perempuan juga kerap kali tidak mendapat akses atau hak yang sama di berbagai ruang. (baca: https://money.kompas.com/read/2021/05/10/213300226/perempuan-yang-miliki-balita-lebih-sulit-mencari-pekerjaan-dan-berkarir-)
Namun, hingga kini perempuan telah banyak membuktikan potensinya, meski ruang dukungan bagi perempuan masih minim di Indonesia. Tagar #breakthebias turut mendukung perempuan untuk mendapat hak mereka dalam berbagai hal tanpa harus tertimpa stereotip.
Bias negatif pada lingkup sosial telah menjadi budaya yang melekat di masyarakat. Maka dengan melawan bias yang ada, lingkungan bebas stereotip dan diskriminasi diharapkan hadir, kemudian membangun budaya kerja yang sehat bagi perempuan sehingga kontribusi mereka diakui dan karier mereka tak lagi hanya diukur lewat standar tunggal. (ahn/khn)