Pergilah Jika Kamu Mampu

Pergilah Jika Kamu Mampu

Istimewa

Suasana di kala senja saat ini membuat napasku terasa sesak, bersamaan dengan pancaran cahaya yang menyilaukan mata. Aku merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi, tapi entah apalah itu. Aku hanya ingin menangis tanpa tahu penyebabnya. Aku tidak mau apa yang aku takutkan benar-benar terjadi.

Namaku Jenny Wanca, orang terdekat biasa memanggilku Jenn. Terkadang aku sedikit malu dengan namaku, karena jarang sekali orang yang menggunakan nama tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, aku harus bersyukur dengan nama itu. Karena nama adalah doa dan harapan yang telah diberikan.

Aku adalah seorang gadis yang sebentar lagi akan lulus, atau yang bisa disebut mahasiswa tingkat akhir. Menurut orang-orang sekitar, aku ini cantik. Mungkin iya, karena jika aku perhatikan seluruh keluargaku memang good looking.

Banyak sekali pria yang datang mendekat. Entah sekadar ingin mengajak kenalan atau ingin hal-hal lebih lainnya. Tapi sampai saat ini, aku belum tertarik dengan mereka, karena mereka semua basi. Mereka mendekatiku karena aku cantik. Lalu apabila  sudah tidak cantik, apakah mereka masih bertahan untuk mencintaiku?

Belum ada laki-laki yang mampu membuat aku jatuh hati hingga saat ini. Namun aku mengharapkannya, menunggu seorang kekasih yang benar-benar menyayangi dan mengatakan ini kepadaku.

"Selama kamu bersamaku, aku akan terus membuatmu bahagia."

Aku menunggu seseorang yang tulus, yang bisa menerima aku apa adanya. Tidak hanya karena penampilanku saja, karena wajah ini semakin lama semakin tua. Aku ingin seorang pria yang berhati tulus yang bisa membawaku tidur dalam pelukannya

Hari demi hari berlalu. Aku  asyik dengan duniaku, dunia yang sepi tanpa kekasih idaman. Meski saat ini aku telah memiliki kekasih, tapi aku merasa tidak nyaman. Ia selalu membohongiku. Kadang terlintas,  apa kurangnya aku yang telah melakukan yang terbaik untuknya. Dia yang selalu sibuk mencari-cari gadis bodoh di luar sana yang bisa ditipu.

Tidak tahan dengan kebohongannya, ku putuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tak jarang ia memohon untuk kembali. Tapi aku tidak ingin lagi. Sejujurnya rasa sayang itu masih ada. Tidak mudah bagiku untuk mengakhiri dan melupakan sebuah hubungan. 

Tapi Tuhan punya rencana lain, setelah sekian lama menangisi seseorang yang membuatku kecewa. Kini aku di pertemukan dengan seseorang yang benar-benar ingin ku temukandalam hidup ini. Seseorang yang tak pernah ku sangka. Ini adalah anugerah Tuhan yang berharga.

Malam itu, tepat pukul tujuh,  seorang pria datang ke rumah untuk menjemputku. Saat jumpa pertama kali, menurutku dia jelek. Postur tubuh tinggi dengan kulit hitam. Berbeda dengan mantan-mantanku sebelumnya, yang lebih jauh keren. Tapi entah kenapa, aku menerimanya saat dia mengajakku jalan. Apakah ini sebuah pertanda? Aku berharap. 

Berdua, kami  menaiki motor tua miliknya. Di bawah sinar bulan purnama dan angin yang melambai-lambai menemani perjalanan malam itu hingga sampai ke tujuan. Dia hanya sedikit bercerita, mungkin malu. Sebab ini pertama kali kami bertemu dan akan menjadi sejarah baru.  Aku hanya bisa tertawa malu melihat wajahnya, yang jauh sekali dengan mantan-mantanku sebelumnya. Dia jauh sekali dari kata tampan namun berani mendekati aku yang menurut orang-orang aku ini cantik.

"Astaga wajah seperti dia berani mendekatiku."

Dalam hati kata-kata itu terus terucap. Meski begitu, ada sesuatu yang berbeda dari pertemuan saat itu, yang tidak pernah aku temukan sebelumnya, yang membuatku bingung sekaligus penasaran. Dia menggunakan baju kaus oranye dan celana training hitam. Itu membuatku semakin geli. Setelah sampai ke tempat tujuan, ia menawarkan sebuah tawaran yang membuatku tercengang.

"Maukah kamu ke tempat yang paling indah? Aku ingin mengajakmu ke sana," katanya.

Entah kenapa, aku hanya terdiam dibuatnya.Tidak sabar menantikan tempat seperti apa yang ditawarkan itu. Tubuhku hingga terasa kaku, menantikan tempat yang dijanjikan. Rupanya ia mengajakku masuk ke dalam rumahnya, lalu diarahkan ke atas genting, untuk melihat bintang dan bulan lebih. Pertama kalinya ada laki-laki yang melakukan ini kepadaku. Pengalaman pertama yang tak akan pernah terlupakan. 

Pria itu mengulurkan tangannya  dengan senyumnya yang ramah, yang membuat hatiku berdegup kencang. Apa yang sebenarnya yang ia lakukan kepadaku? Aku takut. Dia mengulurkan tangannya dan berkata.

"Kenalkan nama aku Ronald, izinkan aku membahagiakan kamu."

Tapi bagaimanapun, aku sangat menikmati duduk berdua di atas rumah bersamanya. Mendengar apa yang ia katakan, membuat hatiku berdegup kencang sekali, aku merasa nyaman. Ku rebahkan kepala di pundak kanannya. Betapa terasa nyaman sekali, melihat keindahan bulan dan bintang di atas rumah dengan seseorang yang akan membuat sejarah baru dalam kehidupanku.

Pagi harinya aku kembali mengingatnya,  yang baru saja masuk ke dalam hatiku. Lantas, aku mencoba untuk menghubunginya, untuk memastikan apakah dia juga merasakan hal yang sama. Sosoknya yang berbeda dari pria lain yang pernah ku kenal sebelumnya,  membuatku ingin mendekatinya.

Setelah beberapa hari bersama, dia belum juga menyatakan perasaannya. Apakah ada orang lain? Aku sangat khawatir, aku ingin memilikinya namun dia belum juga menyatakan cinta. Ia sempat mengatakan kepadaku,

"Jika aku menyatakan cinta hari ini, tolong jangan kamu terima dulu, karena cinta butuh proses."

Mendengar itu, pikiranku terasa kacau. Aku berpikir buruk, apakah dia sama saja seperti laki-laki yang lain yang banyak berbohong dan tidak tulus dalam mencintaiku? Jika dia telah menjadi milik orang lain, aku telanjur sayang meskipun baru beberapa hari. Dialah orang yang bisa membuatku nyaman dengan kelakua konyolnya, dan aku sangat mencintainya.

Akhirnya hal yang menjadi khawatir terjadi, dia ingin mengakhiri semua. Aku tidak tahu alasan sebenarnya. Meskipun kami belum resmi berpacaran, tapi aku telah jatuh kepadanya. Tidak bisa melupakan dan tidak sanggup jika harus berpisah. 

Aku menangis di pelukannya. Sungguh, tidak ingin rasanya kehilangan orang yang aku sayang. Tanpa sengaja, aku melihat dia menangis. Entah apa alasannya. Kami menangis bersama di dalam ruang yang kecil dan pengap di malam yang kelabu itu.

Hari Minggu adalah hari ibadah buat kami, umat kristiani. Aku melaksanakan tugas untuk beribadah kepada sang pencipta. Tak dapat disembunyikan apa yang kurasakan, selama beribadah aku menangis. Tidak percaya kekasih yang diidamkan harus pergi meninggalkan aku begitu cepat tanpa  alasan yang tepat.

Keluar gereja, pria itu menunggu di luar. Sontak, betapa kagetnya aku yang berharap dia baik-baik saja. Namun, batin ini selalu menyebut namanya dan beharap dia datang dan kembali memeluk erat. Meski aku sadar itu tidak akan terjadi.

Namun hari ini, dia kembali mengajakku jalan dengan motor tuanya. Selama perjalanan, aku hanya bisa menangis karana hal yang dirindukan benar-benar terjadi. Dia mengajakku makan malam, saat itulah dia mengatakan,

"Jangan pergi, aku tidak bisa hidup tanpamu."

Ditulis oleh Muhamad Rafyak, mahasiswa Sastra Indonesia, FIB 2018.