Nothing will Separate Us

Nothing will Separate Us

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Sore itu dia bertanya padaku, di bibir pantai berangin ringan, saat dimana matahari bersinar paling keemasan. “Jika suatu saat, ketika kau bangun dari tidurmu, semua ingatanmu hilang, menjadi kosong dan hampa, bagai kau terlahir kembali tetapi tanpa wujud bayi. Apakah kau akan tetap jadi manusia yang sama?”.

Mungkin tidak dan mungkin iya. Itu jawabanku. Bagiku, bahkan jika ingatan atau memori manusia dihapus seribu kali pun tidak akan membuat Ia menjadi manusia lain. Ibarat sebuah gawai, semua hanya akan kembali ke setelan pabrik. Menjadi kosong, bersih, ringan, tetapi berbagai cara untuk mengisinya tetap sama. Tapi mungkin, mungkin saja, reset ini akan menjadi kesempatan lain, kesempatan baru, kesempatan kedua untuk mengisi gawai itu. Membuatnya menjadi wadah yang kembali penuh dengan hal-hal yang lebih bermakna, berwarna, dan pekat rasa. 

Seperti memori handphone?

Iya! Benar sekali sayangku.

Bagaimana kalau rasa? Apa rasa juga bagian dari memori?

Pertanyaan lain yang Ia lontarkan untukku. Kalau itu, sebenarnya aku juga masih bertanya-tanya. Tapi aku yakin Pencipta akan ambil andil. Kau tau? dalam yang kuyakini, Pencipta akan meletakkan kita di tempat yang terbaik untuk kita. Aku kira ini berlaku juga untuk rasa. Jika Pencipta mau rasa menjadi memori maka akan terjadi. Jika tidak, salah satu atau keduanya akan hilang, diminta atau tanpa diminta.

Bagaimana denganmu, apa rasamu untukku?” 

Untukmu? Cinta tentu saja. Cinta tanpa karena. 

Senyumnya merekah setelah aku menjawabnya. Rekahan paling cerah yang pernah kulihat sejauh kami bersama. Terasa berbeda tapi tetap ku nikmati. 

Walau kita berbeda?” tanyanya lagi. 

Kupandang sepasang mata menyala itu sambil mengangguk pasti, meski kita berbeda. Jika mereka —sepasang mata itu — bisa bicara, mereka akan teriak; sumpah mati aku mau bersamamu selamanya, jantung hatiku. Jika saat ini kau masih bertanya-tanya wahai cintaku, semuanya memang terwujud, hanya saja tanpa disanding dengan panjang dan bahagia. Kau berakhir bersamaku selamanya.

Percakapan sore itu terus terulang setiap kali aku menatap laut ini. Tempat di mana dia ditebarkan menuju kebebasan. Aku tidak pernah singgah terlalu lama, takut-takut mengganggu dia yang mungkin sedang mengarungi dunia. Aku selalu duduk dan bicara padanya tentang hari ku walau mungkin saat ini dia sudah tinggal jauh di angkasa. Selalu kusempatkan walau selarut apapun. Tidak ada rasa ngeri, yang ada hanya nyeri. Walau air mataku tidak berhenti, kalau tentangmu jiwaku tidak akan pernah berhenti berseri.

Untuk kali ini wahai Penciptaku, aku mohon ijinmu untuk menyimpan rasa ini selamanya dalam ingatanku terpatri cantik bersanding dengan sekian ratus mahakarya selama kami bersama.

Cerpen ini ditulis oleh Arnianti Reswanto, mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum FH Unmul 2023