Sumber Gambar: Nindi/Sketsa
SKETSA - Tak bisa dimungkiri eksistensi dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Unmul kerap dikenal mahasiswa Unmul dari program tes TOEFL dan MUEPT ketika akan mengurus kelulusan.
Faktanya, fungsi dari UPT Bahasa lebih dari itu. UPT yang bertempat di Jalan Pulau Flores ini menyediakan segudang fasilitas dan program yang tentunya berhubungan dengan ilmu bahasa.
Hal ini dikonfirmasi oleh Amedea Cathriona Maharia, salah satu staf di UPT Bahasa Unmul. Ia memaparkan berbagai informasi terkait program apa saja yang ada di sana kepada awak Sketsa.
Fasilitas dan program unggulan dari UPT Bahasa Unmul
UPT Bahasa rupanya juga memiliki sejumlah fasilitas dan program unggulan, mulai dari kursus bahasa asing hingga lokakarya. Para pengajar dari program tersebut tentunya sudah terkualifikasi dan kompeten di bidangnya.
UPT Bahasa memfasilitasi mahasiswa yang ingin menerjemahkan dokumen legal seperti akta kelahiran, ijazah, atau transkrip nilai untuk keperluan mengurus beasiswa ke luar negeri. Tak hanya itu, Amedea turut mengungkapkan bahwa UPT Bahasa kerap membantu mahasiswa untuk menerjemahkan abstrak skripsi.
“Ada salah satu fakultas yang mewajibkan untuk menerjemahkan abstrak skripsi di UPT Bahasa. Nantinya akan ada sertifikat setelah selesai diterjemahkan sebagai syarat kelulusan,” terangnya ketika diwawancarai melalui Zoom Meeting pada Sabtu (15/10) lalu.
Selain membantu menerjemahkan dokumen dan abstrak skripsi, UPT Bahasa juga membantu mahasiswa mengoreksi kosakata atau tata bahasa dalam membuat karya ilmiah. Fasilitas tersebut bernama Proofreading.
Salah satu program yang banyak diminati oleh mahasiswa adalah kursus bahasa Inggris dan Jepang. Selain itu, terdapat pula kelas TOEFL dan MUEPT Preparation. Menariknya, peserta yang mengikuti program ini akan mendapat diskon sebesar 20 persen. Hal ini tentunya semakin menarik minat mahasiswa untuk mengikuti program tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, Amedea juga membeberkan bahwa terdapat lokakarya yang diselenggarakan secara daring. Acara ini dapat diikuti oleh mahasiswa Unmul maupun masyarakat umum tanpa dipungut biaya.
Peserta yang mengikuti lokakarya ini akan mendapat informasi seputar kisi-kisi untuk mengikuti tes MUEPT serta strategi untuk mengerjakan soal tes TOEFL. Materi-materi tersebut dipaparkan oleh penyusun soal tes, yakni dosen dari Fakultas Ilmu Budaya dan Pendidikan Bahasa Inggris Unmul. Mahasiswa yang beruntung akan mendapat doorprize, yaitu dapat mengikuti tes TOEFL ataupun MUEPT secara gratis.
Sejauh ini, program lokakarya masih diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting, mengingat pandemi yang belum sepenuhnya pulih. Akan tetapi, terdapat pula sejumlah program yang telah dilaksanakan secara luring. Program tersebut, sebutnya, yakni tes TOEFL/MUEPT dan kelas TOEFL Preparation.
Pelaksanaan tes TOEFL dan MUEPT rupanya tak terlepas dari kendala. Meskipun terbilang minim, Amedea mengungkap bahwa terdapat beberapa masalah ketika tes masih dilakukan secara daring seperti masalah perangkat dan jaringan.
“Jika seperti itu, akhirnya peserta harus reschedule. Sementara (tes) offline lebih praktis dan tidak ada kendala serta minim adanya reschedule. Kendalanya paling hanya kalau peserta yang sakit atau keluar kota,” kisahnya.
Prosedur untuk mengikuti tes TOEFL dan MUEPT
Terdapat dua prosedur yang berbeda untuk mengikuti tes di UPT Bahasa Unmul. Jika ingin mengikuti tes secara luring, yang harus dilakukan hanyalah melakukan pendaftaran melalui situs resmi UPT Bahasa (balai-bahasa.unmul.ac.id).
Setelah berhasil mendaftar, peserta dapat memilih tanggal pelaksanaan tes kemudian melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan melalui merchant pembayaran yang tersedia.
Sedangkan bagi yang ingin melakukan tes secara daring, prosedurnya tidak jauh berbeda. Namun, ketika berhasil melakukan pembayaran, peserta diwajibkan untuk mengisi data validasi tes melalui Google Form. Tujuannya adalah agar data-data peserta yang telah di-input seperti nomor ponsel, nomor induk mahasiswa, serta KTP telah sesuai. Nantinya, peserta akan dimasukkan ke dalam grup WhatsApp untuk mendapat pengarahan lebih lanjut.
Meski begitu, ia menuturkan belum ada bantuan khusus bagi mahasiswa kurang mampu jika ingin melakukan tes sebagai syarat kelulusan itu. “Karena sejauh ini, belum ada pula mahasiswa yang mengajukan KIP (atau surat keterangan tidak mampu) jika ingin mengikuti tes atau program yang ada di sini (UPT Bahasa),” ungkap staf yang juga merupakan dosen itu.
Apabila peserta berhalangan hadir saat hendak mengikuti tes, biaya yang telah dibayarkan tak akan hangus. “Misalnya jika peserta sudah melakukan pembayaran di bulan Januari tetapi belum melakukan tes hingga bulan November, biayanya tidak hangus dan masih berlaku. Jika ingin mengikuti tesnya lagi, silakan mendaftar ulang untuk reschedule.”
Peserta juga dapat mengubah tanggal pelaksanaan tes selama kuota di hari yang diinginkan masih ada. Peserta cukup membuka situs resmi UPT Bahasa dan memilih menu Information/Content. Nantinya akan ada opsi pengajuan untuk mengubah jadwal. Peserta kemudian akan diarahkan untuk mengisi data diri serta tanggal tes melalui google form.
“Kita bisa membantu, namun harus mengikuti prosedur dan SOP yang telah ada. Saya harap mahasiswa bisa tahu dan memanfaatkan program yang ada,” pungkasnya.
Pengalaman mahasiswa setelah mengikuti program dari UPT Bahasa Unmul
Awak Sketsa berkesempatan mewawancarai Eka Nabila, mahasiswi Akuntansi 2021 pada Minggu (8/10) lalu. Dirinya turut membagikan pengalamannya ketika mengikuti tes MUEPT di UPT Bahasa.
Eka bercerita bahwa kala itu, pengerjaan tes masih dilaksanakan secara daring sehingga fasilitas seperti laptop harus disiapkan oleh masing-masing peserta. Ia mengatakan bahwa tidak ada kendala yang berarti selama tes berlangsung. Prosedur pendaftaran pun baginya cukup mudah diikuti. Pihak Prodi juga turut membantu dirinya dalam proses pendaftaran.
Meski ia tak mengetahui program UPT Bahasa selain TOEFL dan MUEPT, menurutnya pelayanan yang diberikan sudah cukup baik.
“Kalau untuk pelayanan UPT Bahasa itu bagus sih menurutku. Kemarin aku sempat ganti nomor. Ditelepon dan dikonfirmasi," tuturnya.
Pengalaman lain datang dari Saydati Hastuti. Mahasiswi Prodi Administrasi Publik 2018 ini juga pernah mengikuti tes TOEFL di UPT Bahasa.
“Kekurangannya adalah ketika soal listening, speaker-nya tidak menggunakan earphone. Karena jika pakai speaker biasa masih kurang jelas suaranya,” keluh Saydati kepada awak Sketsa ketika diwawancarai secara daring pada Minggu (16/10).
Selain itu, Saydati juga berharap agar UPT Bahasa dapat menambah kuota harian untuk tes TOEFL maupun MUEPT, sebab kuota tersebut terbilang minim, mengingat jumlah peserta tes yang banyak. Hal ini baginya menyebabkan mahasiswa harus menunggu kuota di hari setelahnya.
Terlepas dari kekurangan yang telah disebutkan, Saydati mengungkapkan pelayanan dan fasilitas lainnya berjalan baik. Ia berharap, UPT Bahasa dapat meningkatkan kualitas dari fasilitas yang telah ada. Layaknya Eka, Saydati mengaku dirinya belum mengetahui bahwa terdapat program-program yang tersedia di UPT Bahasa selain dari tes TOEFL dan MUEPT.
“Nah, kalau soal itu (program lain di UPT Bahasa), saya kurang tahu, karena tidak begitu mencari informasi soal itu,” tutupnya. (tha/dre/uas/nkh)