Tak Ada Anggaran, FISIP Terlambat Bagi Almamater

Tak Ada Anggaran, FISIP Terlambat Bagi Almamater

(Sumber: Fadiah Adlina)

SKETSA – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) beberapa waktu lalu dikabarkan terlambat menerima jas almamater. Hingga mahasiswa berencana untuk membuka posko peminjaman jas almamater pada Jumat lalu. Sebab Sabtu (17/8) kemarin, sebanyak 120 mahasiswa bidikmisi FISIP akan melakukan upacara yang wajib mengenakan almamater. Mohammad Noor Dekan FISIP menerangkan alasannya saat ditemui Sketsa Senin (19/8) lalu.

Ia menyebut bahwa ini merupakan masalah non teknis. Biasanya almamater disediakan oleh pihak rektorat, termasuk pembayarannya. Namun, seperti diketahui beberapa waktu lalu mahasiswa sempat menggelar aksi di depan rektorat. Salah satu tuntutan yang dibawa ialah menolak pembayaran almamater yang dikenakan harga sebesar Rp200.000. 

Melalui aksi dan audiensi keesokan harinya, disepakati bahwa maba tidak dikenakan biaya untuk pembelian jas almamater. (Baca,  https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/spi-tak-dapat-serta-merta-ditolak-dan-diterima/baca)

“Pihak rektorat menyatakan bahwa tidak ada anggaran untuk itu. Diminta supaya fakultas membayar. Nah itu tidak mudah untuk merevisi anggaran,” ungkap Noor.

Ia menambahkan, FISIP membutuhkan 720 almamater, yang jika masing-masing almamater sebesar Rp200.000, maka FISIP perlu membayar sebesar Rp154.000.000. Sedangkan diakui Noor, fakultas yang dinaunginya tidak memiliki dana sebesar itu untuk dianggarkan ke pembelian jas almamater.

“Pihak penjual tidak mau mengantar kalau belum ada kesepakatan harga. Akhirnya kami mencari cara untuk melakukan revisi anggaran, sementara waktunya sudah semakin mepet. Tiga hari menjelang hari H (mahasiswa masuk perkuliahan),” ujarnya.

Noor mengaku semakin bingung. Sebab tidak ada uang kas untuk pembelian almamater. Merevisi anggaran pun belum waktunya. Belum lagi awalnya pihak penjual enggan mengirim jika belum dibayar. Sementara tenggat waktu almamater digunakan semakin mepet.

Ia kemudian menelepon penyedia barang, ternyata sedang bertugas ke Bali dan menghubungi rekannya yang lain, yang mengenal anak buah penyedia barang.

“Saya bilang kami kesulitan masalah uangnya, kami mau beli tapi kalau bisa uangnya jangan sekarang, akhirnya nego dan bisa uangnya belakangan. Tadinya harganya sepakat 185 jadi 200. Tapi karena mepet betul sudah ini, sudahlah kami enggak peduli lagi dengan harganya, tolong dikirimkan secepatnya.”

Jumat sore (16/8) kemudian dikirimkan 320 almamater. Sore itu juga 120 mahasiswa penerima bidikmisi mengambil almamaternya. Keesokan harinya, datang 400 almamater. “Sabtu dibagikan enggak semua ambil sampai Minggu. Itu pun sampai sekarang kurang lebih 50 yang belum ngambil. Tapi saya sudah bilang bawa aja ke tempat lokasi acara (PKKMB fakultas). Kalau ada yang enggak punya, kasih saja.”

Sebelumnya ia juga sudah berjanji bahwa di acara PKKMB fakultas, semua mahasiswa akan mengenakan almamater. Jumat lalu juga mahasiswa berinisiatif untuk membuka posko bagi yang berkenan untuk meminjamkan almamaternya. Namun beruntung almamater datang bersamaan di sore itu. (adl/omi/els)