Sumber Gambar: Website DetikNews
SKETSA - Memasuki minggu terakhir bulan Ramadan, para pekerja dan mahasiswa perantau tunjukkan antusiasme. hal tersebut disebabkan oleh libur hari raya Idulfitri yang sudah berada di depan mata. Akhirnya para perantau bisa pulang untuk melepas rasa rindu dan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta di kampung halaman.
Namun, sayangnya hal tersebut tidak bisa dirasakan oleh semua perantau. Muhammad Rafly Pratama yang berasal dari Pare-Pare, Sulawesi Selatan mengaku tidak pulang ke kampung halaman untuk merayakan libur hari raya Idulfitri sejak 2 tahun lalu.
“Semenjak saya menempuh pendidikan S1, saya tidak pernah pulang ke kampung halaman saya,” ucapnya kepada Sketsa ketika diwawancarai pada Kamis (4/4) lalu.
Mahasiswa program studi (Prodi) Ilmu Komunikasi FISIP 2022 yang akrab disapa Tama tersebut memiliki keluarga yang tinggal di Samarinda. Namun, ia memilih untuk tinggal sendiri di salah satu indekos yang ada di Samarinda, karena merasa lebih nyaman hidup sendiri dan beberapa alasan lainnya.
Kepada Sketsa, Tama mengungkap alasannya tidak pulang kampung ialah karena ia memiliki prinsip untuk membawa sebuah pencapaian jika ia kembali pulang ke rumahnya.
“Saya harus membuktikan bahwa saya bersungguh-sungguh belajar di kota orang, dan mengasah diri saya untuk mengangkat kualitas hidup diri saya,” tutur Tama.
“Target yang saya tentukan adalah setelah saya merasa mampu memberi kedua adik dan 12 keponakan saya Tunjangan Hari Raya, hehehe,” lanjut Tama.
Tama juga membagikan pengalaman yang ia lakukan untuk mengisi hari raya Idulfitrinya. Ia menghabiskan waktu dengan bercengkrama dan berkunjung ke kediaman kawannya untuk bersilaturahmi. Selain itu, ia juga menyibukkan diri dengan menonton serial anime, bermain gim, atau hanya sekadar berdiam diri dan tidur di kamarnya.
Hal serupa dirasakan oleh Ruqy Tami Ahmad, mahasiswa prodi Kehutanan Fahutan 2022. Perantau asal Majene, Sulawesi Barat ini juga tidak pulang untuk menikmati libur Hari Raya sejak menjadi mahasiswa baru (maba). Jarak yang lumayan jauh serta padatnya jadwal praktikum yang ia miliki, membuatnya harus menetap di Samarinda agar tidak ketinggalan informasi.
Sama halnya dengan Tama, Ruqy mengisi libur Hari Raya dengan menghabiskan waktu bersama teman-teman perantau yang juga tidak pulang ke kampung halaman. Meski tidak merasakan kehangatan berada di tengah-tengah keluarga, Ruqy dan temannya berusaha untuk tetap menyambut Idulfitri dengan riang gembira.
Ruqy berharap, kondisi yang mengharuskan ia untuk jauh dari keluarga tersebut mampu menjadi pemicu baginya untuk tetap semangat belajar, hingga meraih kesuksesan di masa yang akan datang.
Berbeda dengan Tama dan Ruqy yang sudah pernah melewatkan libur Hari Raya di tanah rantau, Titis Nurvitasari, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP 2022 mengaku bahwa tahun ini akan menjadi tahun pertamanya jauh dari keluarga tercinta pada perayaan Idulfitri.
Perantau asal Ngawi, Jawa Timur tersebut terpaksa menetap di Samarinda karena jarak yang cukup jauh untuk pulang ke kampung halaman, serta biaya yang besar dan waktu libur yang begitu sebentar.
“Sekitar satu bulan lagi sudah libur semester, jadi lebih baik pulang di waktu libur semester, yang waktunya lama,” ujar Titis ketika diwawancarai melalui pesan Whatsapp pada Kamis (4/4) lalu.
Untungnya, Titis memiliki keluarga dekat yang juga tinggal di Samarinda, sehingga ia bisa menghabiskan waktu dengan berkunjung ke rumah keluarganya tersebut.
“Semoga, dalam kondisi apapun bisa merayakan momen lebaran dengan mengambil setitik makna, bahwa pertemuan dan menyambung silaturahmi menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan dan kepercayaan setiap orang,” harap Titis. (ysn/ali/mar)