Sumber Gambar: Website Unmul
SKETSA - Pandemi Covid-19 yang masih belum mereda lagi-lagi membuat beberapa perencanaan kegiatan harus menyesuaikan dengan keadaan. Begitu pula dengan pelaksanaan wisuda Unmul.
Sempat dihubungi Sketsa pada Jumat (29/1), Wakil Rektor Bidang Akademik, Mustofa Agung Sardjono mengatakan bahwa kemungkinan wisuda akan kembali digelar secara daring.
“Kemarin kan kita mengevaluasi dari Satgas Covid-19 Unmul, ternyata kita belum bisa melaksanakannya (wisuda) secara luring. Sehingga kesimpulannya, untuk pelaksanaan wisuda (Maret, gelombang pertama) akan dilaksanakan daring. Paling banter, akan dilaksanakan dengan sistem gelombang-gelombang seperti sebelumnya,” jelasnya.
Sebelumnya, pihak Unmul telah memikirkan beberapa alternatif terkait pelaksanaan wisuda. Salah satunya adalah dengan mengadakan wisuda secara drive thru. Sayangnya, wacana terpaksa tidak direalisasikan karena beberapa pertimbangan seperti kondisi cuaca di Samarinda yang tidak dapat diprediksi hingga kemungkinan timbulnya antrian panjang.
Pelaksanaan wisuda Maret ini pun tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan wisuda pada gelombang sebelumnya. Mustofa menuturkan, 18-20 orang perwakilan terbaik akan menghadiri wisuda secara luring. Tetap dengan protokol kesehatan, sehingga terbatas hanya untuk 40 orang.
”Yang ada di dalam ruangan hanya rektor, para wakil rektor, para dekan, ketua senat, sekretaris senat, wakil wisudawan serta sebagian kecil panitia. Bahkan panitia lainnya pun tidak bisa masuk, hanya menunggu di luar saja saat itu,” tuturnya saat dihubungi Sketsa via WhatsApp.
Ada beberapa kendala yang kerap dihadapi saat pelaksanaan wisuda daring ini. Salah satunya berkaitan dengan jaringan internet dan arus listrik. Dalam hal ini, ia menyebutkan jika pihak Unmul telah mengantisipasinya dengan menyurati pihak-pihak terkait. Seperti pihak provider Indosat untuk mengamankan jaringan internet dan pihak PLN untuk mengamankan jaringan arus listrik di sekitar Unmul agar tidak terjadi pemadaman.
Nur Susilowati, mahasiswa Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 2016 berpendapat jika wisuda memang memungkinkan untuk dilaksanakan secara luring ia mengaku sangat senang. Apabila tidak memungkinkan, seharusnya itu bukan masalah.
”Menurut saya yang terpenting adalah lulus. Kalau kita sudah lulus, itu artinya kita berhasil menyelesaikan satu tanggung jawab yang ada,” ujarnya.
Mengenai persiapan wisuda, Nur mengungkapkan jika ia berkas dan persiapan lainnya telah siap. “Kalo dipersentasikan, mungkin sekitar 60-70% khusus untuk masalah pemberkasan,” tutupnya. (sii/nkh/len)