Rayakan Lebaran di Perantauan

Rayakan Lebaran di Perantauan

Sumber Gambar: Hipwee

SKETSA – Setelah pemerintah mengeluarkan edaran terkait larangan mudik termasuk mudik lokal antar kota dalam provinsi, tidak ada pilihan lain bagi perantau untuk merayakan Lebaran di kampung halaman. Tak terkecuali Misbahuddin, mahasiswa Kehutanan 2019 ini.

Tahun ini adalah kali keduanya merayakan Lebaran tanpa keluarga. Karena faktor perkuliahan dan bekerja juga protokol kesehatan Covid-19, ia memutuskan untuk tetap di Samarinda. Tentu saja, ia merindukan keluarganya dan berharap dapat berkumpul bersama.

“Rindu campur sedih, cuma bisa video call-an dan cuma bisa melihat masakan orang tua dari jauh sambil bilang 'enak'. Rindu masakan orang tua, mengobrol dengan sanak saudara,” katanya kepada Sketsa, Minggu (9/5).

Ia lalu menyusun acara sederhana bersama teman dekatnya yang berada di sekitar rumah. Tidak lupa bersilahturahmi ke rumah pamannya yang berada di kota yang sama. Walaupun berbeda suasana, setidaknya Misbahuddin tak lagi merasa sendirian.

Tak ada opor ayam, daging rendang, ketupat atau segala macam hidangan yang berkaitan dengan hari kemenangan. Menjalani Lebaran di perantauan dan jauh dari sanak keluarga adalah salah satu resiko yang harus diterima. Ini membuat kita lebih menghargai rasa kebersamaan dan hangatnya hubungan keluarga.

Meski bersilahturahmi tanpa jabat tangan dan berpelukan, makna dari kebersamaan tetap tak tergantikan. Kita harus bersyukur sebab era teknologi saat ini memungkinkan untuk tatap muka melalui media daring. Selamat Idulfitri untuk kamu, di mana saja. (ans/aot/len)