Sumber Gambar: Infokaltim.id
SKETSA — Ada yang berbeda dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unmul di tahun ini. Diketahui, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) Unmul membuka lima jenis KKN untuk angkatan 49 tahun 2023. Kelimanya adalah KKN Reguler, Tematik, MBKM-PUPR, KKN Internasional dan KKN Penyetaraan. Pendaftaran program tersebut telah dibuka pada tanggal 14 sampai dengan 21 April lalu.
KKN Reguler dan Tematik sudah menjadi program yang rutin digelar setiap tahunnya. Ketua KKN Unmul 2023, Arifin Salam pada Jumat (12/5) menyebut jumlah pendaftar KKN tahun ini mencapai kurang lebih 2600 mahasiswa yang akan tersebar di sepuluh kabupaten/kota di Kaltim dan tujuh kluster.
Imbuhnya, jumlah tersebut masih dapat berubah karena adanya kemungkinan pembatalan atau perpindahan. Sementara itu, KKN Internasional kembali digelar setelah terakhir kali diadakan pada tahun 2018 yang berlokasi di negara Thailand.
Baca: Tahun 2018, LP2M Sediakan Dua Kuota KKN Secara Gratis ke Thailand
Daryono, panitia KKN Internasional Unmul menuturkan bahwa diperlukan pengawalan khusus untuk mahasiswa yang mendaftar program tersebut. Pemberian informasi dengan baik terkait negara yang dituju, serta penempatan kegiatan KKN misalnya.
“Jadi, kita itu koneksinya dengan perguruan tinggi, nanti mereka yang akan membantu kita mencarikan tempat untuk KKN mahasiswa kita. Kalau waktu (KKN) barangkali nanti menyesuaikan, apakah bisa sama dengan reguler, ataukah lebih singkat, karena ini juga terkait dengan pembiayaan,” terang Daryono ketika diwawancarai Sketsa pada Kamis (11/5) lalu.
Program KKN Internasional bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang ingin melakukan pengabdian di luar negeri dengan kultur budaya yang berbeda dengan Indonesia. Mahasiswa dapat belajar bagaimana cara beradaptasi, bertahan hidup, dan menghadapi perbedaan budaya itu sendiri.
Selain itu, mahasiswa diharap dapat mengetahui gambaran nyata dari kehidupan dan kondisi ekonomi di negara tujuan. Lebih lanjut, KKN Internasional juga bertujuan untuk menjalin kerja sama dengan mitra-mitra Unmul di luar negeri. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Daryono ketika ditanya mengenai tujuan program tersebut.
"Pertama, 'kan kita ingin memperkuat kolaborasi kita dengan mitra kita di luar negeri. Karena setiap kerja sama yang telah disepakati oleh rektor dan rektor itu harus diisi dengan kegiatan, nah, kegiatan itu bermacam-macam. Bisa dengan pertukaran mahasiswa, misalnya kuliah di sana satu semester atau ikut program apapun.”
“Kita punya banyak program. Ada IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards), ada AECT (Association of Educational and Communication Technology), ada banyak macamnya. Nanti salah satu program itu bisa dipilih mahasiswa. Nah, KKN menjadi salah satu tambahan dari pilihan (program) itu,” sambung Daryono.
Menyoal mekanisme pelaksanaan KKN, panitia KKN yang juga merupakan dosen FISIP itu menuturkan bahwa akan menyesuaikan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi, seperti masalah kemampuan bahasa hingga kemampuan finansial.
Hingga kini, Daryono masih belum dapat memastikan dana penyokong bagi mahasiswa yang akan melangsungkan program KKN Internasional.
“Enggak bisa memastikan seperti apa, tapi yang jelas kemungkinan besar iya, dari dana pribadi.”
Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi panitia untuk meyakinkan mahasiswa yang tertarik mengikuti program tersebut. Selain itu, tantangan lain dari program KKN Internasional ini adalah kepercayaan mitra Unmul itu sendiri.
Daryono berharap, program KKN Internasional dapat konsisten berjalan setiap tahunnya serta mempererat kolaborasi antara Unmul dan mitra luar negeri. Ia turut berharap agar mahasiswa memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti program ini sehingga dapat terealisasi dengan baik serta menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mendapatkan tambahan ilmu dan pengalaman.
“Harapannya, kita nanti menjadi jendela, menjadi pintu bagi adik-adik mahasiswa yang barangkali ingin punya rencana studi atau mencari pengalaman di luar negeri,” tutupnya. (khn/nnf/ara/myy/dre)