
Sumber Gambar: Website Pexels
SKETSA – Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unmul Angkatan 51 Tahun 2025 akan segera digelar. Beberapa tahapan, seperti pendaftaran hingga pembekalan telah dan sedang terlaksana.
Pelepasan mahasiswa untuk terjun ke daerah pengabdian masing-masing sendiri akan dilaksanakan dalam waktu dekat, yakni pada Sabtu (12/7) mendatang. Menjelang pelepasan, setiap tim KKN kini sedang dalam persiapan agar dapat melaksanakan program kerja dengan baik nantinya.
Tahap persiapan terpenting yang diwadahi oleh Unmul adalah pembekalan bagi mahasiswa yang akan terjun ke lapangan. Pembekalan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pemahaman, dan kapasitas mahasiswa terkait pengabdian yang akan dilakukan serta mencanangkan program kerja yang memiliki dampak nyata dan berkelanjutan.
Pembekalan tersebut dilaksanakan sebanyak tiga tahap. Dua tahap pertama dilaksanakan pada Jumat (20/6) dan Kamis (26/6) lalu, sementara tahap ketiga akan dilaksanakan pada Jumat (4/7) mendatang.
Tahun ini, pembekalan membawa tema “Sinergitas Kampus Berdampak Membangun Kemandirian Desa Mendukung Pencapaian SDGs Menuju Indonesia Emas”. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa, para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) juga turut mengikuti kegiatan tersebut serta sejumlah pihak terkait yang memberikan materi.
Pembekalan dilakukan secara daring melalui aplikasi Microsoft Teams dan siaran langsung pada Kanal Youtube Unmul. Mahasiswa juga diminta membuat rangkuman secara tertulis terkait materi-materi yang disampaikan dalam pembekalan.
Namun, tahap pembekalan ini dirasa kurang memadai sehingga beberapa mahasiswa menyayangkan hal tersebut hingga melayangkan beberapa keluhan. Mulai dari ruang daring yang tidak memadai hingga keterlambatan pembekalan dan penyampaian informasi.
Tidak hanya pembekalan dari Unmul, di masa persiapan, mahasiswa juga turut merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan di desa tempat pengabdian masing-masing tim.
Program kerja ini merupakan salah satu hal krusial dalam melangsungkan KKN dan pengabdian, sehingga setiap tim menyusun program kerja terbaik mereka yang sesuai dan membantu mengembangkan potensi desa tiap tim.
Salah satu anggota kelompok KKN Desa Tani Bhakti, Dicky Rachmad Nugroho yang merupakan mahasiswa program studi Akuntansi FEB 2022 mengaku sudah melakukan 50 persen persiapan tim.
“Persiapan kami tidak dilakukan terlalu awal karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal kami dan tidak sejauh lokasi yang lain,” katanya, Kamis (19/6) lalu.
Diketahui, Desa Tani Bhakti sendiri berlokasi di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dicky melanjutkan saat ini timnya tengah mempersiapkan hal-hal lain seperti persediaan makanan, peralatan dokumentasi hingga printer untuk memudahkan pengurusan administrasi.
Menurutnya, hal terpenting dalam persiapan sebelum pergi ke desa tempat pengabdian adalah kesehatan fisik dan obat-obatan.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mempersiapkan ilmu yang akan diteruskan kepada masyarakat.
“Persiapan lain ilmu yang akan diberikan kepada masyarakat sesuai dengan prodi kami masing-masing serta persiapan tenaga dan pikiran untuk memajukan desa,” terangnya.
“Kami juga akan melakukan diskusi dengan pemerintah desa untuk menentukan program lain,” pungkasnya.
Sementara itu dari tim KKN Desa Bukit Makmur Jaya, Kecamatan Biatan, Kabupaten Berau yang lokasinya cukup jauh dari Unmul, juga mengaku telah melakukan berbagai persiapan dan koordinasi tim sebelumnya.
Risqi Yanuar selaku ketua tim yang berasal dari program studi Sastra Indonesia FIB 2022 menyebut timnya telah mencari tahu terkait lokasi desa yang akan mereka tempati. Namun karena terkendala jarak, ia dan tim tidak bisa melakukan survei secara langsung.
Meskipun begitu, Risqi dan tim tidak kehabisan akal. Ia mencari kontak dan menghubungi tim KKN angkatan sebelumnya yang mengabdi di desa yang sama untuk menanyakan beberapa hal. Ini dilakukan untuk menyesuaikan persiapan mereka hingga untuk menyesuaikan program kerja yang akan mereka susun.
“Kami mencoba menghubungi anggota KKN 50 tahun 2024 untuk menanyakan terkait lokasi, kondisi sosial masyarakat, hingga infrastruktur,” jelasnya, Kamis (19/6) lalu.
Terkait persiapan dalam penyusunan program kerja, Risqi dan tim melihat beberapa hal sebagai pertimbangan. Selain melihat potensi desa agar bisa memberikan program jangka panjang, mereka juga memperhitungkan program yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, ia juga melihat kemampuan tim, jangka waktu pelaksanaan, dan kesediaan masyarakat.
“Apakah masyarakat bersedia terlibat langsung dalam program kami atau tidak,” katanya.
Risqi juga memaparkan pentingnya perencanaan di masa persiapan agar ia dan tim sudah sangat siap ketika turun ke masyarakat. Hal ini beriringan dengan kesiapan fisik dan mental. Oleh karena itu, ia dan tim mengupayakan untuk finalisasi program seminggu sebelum keberangkatan.
“Agar ketika sudah terjun ke masyarakat, sudah tahu apa yang harus dilakukan ke depannya,” terangnya.
Namun, Risqi melanjutkan, tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa perubahan. Menyesuaikan kembali kondisi lapangan.
Prioritas utama Risqi dalam persiapan sendiri selain rencana dan program kerja adalah kebutuhan logistik dan komunikasi setiap pihak yang terlibat.
“Kepastian komunikasi antara anggota tim, DPL, perangkat desa, hingga masyarakat setempat,” pungkasnya. (ner/myy)