Sumber Gambar: Istimewa
SKETSA – Sebagai salah satu kegiatan yang mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di tahun ini membawa banyak karya dan inovasi kreatif. Seperti yang dilakukan oleh Tim PKM Penerapan IPTEK (PKM-PI) Unmul yang berhasil membantu produksi obat tradisional di Desa Buana Jaya, Kutai Kartanegara.
Dihubungi Sketsa pada Selasa (7/9) lalu, Shofia Siza Maulida dari Farmasi 2018 sekaligus salah satu anggota dari TIM PKM-PI ini membagikan pengalaman mereka selama program ini berlangsung. Menjadi satu-satunya tim yang berhasil mendapatkan pendanaan melalui proposal IPTEK, ia menyebut jika respons yang diberikan dari kampus sangat baik dan mendukung penuh.
Pasalnya, dari sebanyak 4.522 judul proposal PKM tahun 2021, hanya sebanyak 205 judul proposal PKM-PI yang lolos pendanaan. Di mana mereka menjadi perwakilan dari Unmul yang tetap bertahan dan akhirnya sukses bersama proposal yang diajukan.
Ditanya mengenai pemilihan produksi obat tradisional atau jamu sebagai wadah dalam melakukan pengkaryaan, Shofia mengatakan jika timnya berniat untuk mengembangkan manfaat jamu ke tingkat yang lebih baik. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) selama 2010, lebih dari separuh (atau sebesar 55,3 persen) penduduk Indonesia menggunakan jamu dan 95% menyatakan manfaatnya untuk kesehatan.
Sementara, berdasarkan data dari Kementerian Industri (Kemenperin) pada 2011, industri jamu sebagian besar didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) baik berupa jamu gendong maupun usaha jamu racikan.
“Melihat tingginya minat masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi jamu, inilah yang membuat kami tertarik untuk membantu UMKM jamu dalam meningkatkan mutu dan kualitas dari produk jamu yang diproduksi,” paparnya.
Adapun Rumah Produksi Obat Tradisional P4S Sari Bumi Herbal Desa Buana Jaya dipilih sebagai mitra sebab UMKM ini telah dikenal dengan berbagai produk jamu yang memiliki jaminan khasiat dan manfaat bagi kalangan yang membutuhkan. Terutama di masa pandemi Covid-19, ketika mengonsumsi jamu menjadi salah satu dari upaya peningkatan kesehatan dan imunitas tubuh.
Aspek Pengembangan dan Inovasi
Diakui oleh Shofia, salah satu alasan yang mendasari tim mereka dalam meningkatkan mutu dan kualitas produk jamu UMKM Sari Bumi Herbal adalah proses distribusi dan pemasarannya yang telah memenuhi banyak permintaan hingga ke luar kota, namun terhalang dengan izin edar. Hal tersebut disebabkan oleh pengemasan produk jamu yang masih sederhana dengan menggunakan plastik klip. Selain itu, informasi produk yang tertera dalam label juga masih sangat minim.
“Ini mendorong kami untuk membantu mitra dengan menerapkan teknologi foil sachet sealer, sehingga dapat meningkatkan kualitas produk jamu yang diproduksi. Desain label kemasan pun kami rancang dengan informatif, kreatif dan inovatif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” terang Shofia.
“Kami berharap agar hal ini dapat membuat produk jamu mitra bersaing dengan baik serta meningkatkan daya jual produk kepada masyarakat,” sambungnya.
Lebih jelas mengenai foil sachet sealer, ia menjelaskan jika hal ini merupakan teknologi kombinasi di mana penggunaan kemasan aluminium foil bersama hand sealer dapat menyimpan isi dari kemasan jamu yang dikemas. Dengan begitu, isi kemasan menjadi lebih aman, terlindungi dan zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya tetap terjaga. Penggunaan teknologi ini membuat kemasan bebas dari rongga udara serta terhindar dari panas dan uap air yang dapat menimbulkan mikroba seperti bakteri dan jamur.
Pengembangan ini turut mendapat respons positif dari mitra UMKM, terutama dalam proses pengemasan. Atas bantuan ini, Sari Bumi Herbal dapat memproses izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) mereka. Teknologi yang diterapkan juga berkelanjutan, sehingga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
“Kami juga menghubungkan mitra dengan pihak ketiga agar pemasok kemasan dan label kemasan mitra tetap dapat diperoleh selama proses produksi,” sebutnya.
Selama kegiatan dilaksanakan baik secara daring dan luring, Shofia dan timnya tak mendapatkan kendala yang berarti sebab fasilitas internet telah memadai dan mitra sangat terbuka. Sosialisasi kemasan dan proses produksi pun dapat berjalan dengan baik dan benar.
Dirinya berharap, hasil kegiatan ini dapat terlihat dari hasil mandiri mitra dalam menerapkan teknologi tersebut bagi produksi jamunya.
“Kami berharap, mitra kami yakni UMKM Sari Bumi Herbal mampu menerapkan teknologi foil sachet sealer dalam proses pengemasan produk jamu secara mandiri. Tentunya agar dapat meningkatkan kualitas dari produk jamu yang dihasilkan, sehingga bisa meningkatkan daya saing dan jual produknya terhadap masyarakat,” pungkasnya.
Saat ini, timnya berada dalam Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM (PKP2) dengan monitoring dan evaluasi. Jika lolos penilaian, maka mereka akan melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). (len/cey/fsf/fzn)