SKETSA – Rapat Senat Unmul Terbuka terpaksa ditunda selama dua jam dan dilakukan rapat tertutup pada pukul 10.15 Wita. Semua bermula saat Bakal Calon Rektor (Bacalon) Unmul urutan pertama, Asnar maju ke podium untuk membacakan visi misi. Di luar dari yang seharusnya, Asnar justru bermain lain.
Ia tidak membacakan visi misi, melainkan ia memprotes tata tertib Sidang Rapat Senat. Hal pertama yang Asnar protes adalah sistem pemilihan rektor yang berdasarkan voting. Menurutnya voting adalah sifat yang keras hati.
Ia lebih menyarankan agar pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, kendati cara ini mungkin akan memakan waktu yang tidak sebentar. Namun demikian, cara ini menurutnya lebih menunjukkan sikap berbesar hati.
“Untuk hari ini saya minta penyaringan ditunda. Kalau dipaksakan dilakukan saya akan gugat di PTUN,” kata Asnar.
Tak cuma itu ia juga mempertanyakan tata tertib sidang Rapat Senat yang tidak memiliki sanksi. Menurut Asnar semua aturan perundang-undangan hendaknya memiliki sanksi. Itu sebabnya ia pikir apa yang dilakukannya di atas podium dengan tidak membacakan visi misi, tidak akan bisa dikenakan sanksi.
Sementara pimpinan rapat, Ahmad Syafei Sidik yang menggantikan Ketua Senat Masjaya karena yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai rektor, tetap mengingatkan kepada Asnar untuk sebaiknya segera menyampaikan visi misi.
Dalam proses penyampaian visi misi, setiap Bacalon diberikan waktu 15 menit. Sedangkan Asnar lebih dari setengah waktu telah menggunakan waktunya untuk memprotes sistem pemilihan rektor.
Asnar juga memprotes tafsir aturan yang menyebut anggota senat tertua menjadi sekretaris sidang bisa digantikan oleh anggota tertua kedua. Dalam hal ini yang maju adalah Suyatno Wijoyo. Setelah anggota senat tertua yakni Daddy Ruhiyat berhalangan hadir karena menghadiri undangan dari Isran-Hadi, Gubernur Kaltim yang baru saja terpilih. Bagi Asnar cara seperti itu cacat.
Setelah 15 menit habis, Asnar tidak turun dari podium. “Saya tidak akan turun dari podium,” katanya.
Aksi itu ia lakukan sebagai protes lanjutan karena pimpinan rapat bergeming dari tuntutannya untuk menjalankan pemilihan rektor dengan cara musyawarah. Asnar tidak sendiri dalam melakukan aksinya, ia didukung oleh tokoh masyarakat, putra daerah, ormas, dan LSM yang hadir di Aula Rektorat Lantai IV.
Salah satu dari mereka yang mengenakan jas berwarna krem berteriak. “Pokoknya Kaltim harus memimpin,” katanya. “Kami ini putra daerah tidak akan diam saja.” (wal/aml)