SKETSA - Tahapan Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) memasuki agenda debat kandidat. Dilaksanakan pada hari Minggu (30/9) lalu di Lantai 3 Dekanat FEB, debat kandidat mempertemukan 2 pasangan calon (paslon). Paslon nomor urut 1 Wahyu Kuncoro (Manajemen 2016) dan Agustin Dwi Damayanti (Akuntansi 2016), serta paslon nomor urut 2 Mohammad Reza Munandar (Manajemen 2016) bersama Mofid Baidowi (Ekonomi Islam 2016).
Acara debat kandidat yang dijadwalkan akan mulai pada pukul 08.00 Wita terpaksa molor dari jadwal dikarenakan keterlambatan paslon beserta timses dan juga menunggu masa yang belum hadir.
Berbeda dengan debat kandidat tahun sebelumnya, antusias penonton debat kali ini tergolong menurun, sesuai dengan absen, penonton hanya berjumlah 78 orang. Hal ini juga bisa dilihat dari halaman parkir Dekanat FEB yang tampak lengang dari kendaraan. Bahkan kursi penonton yang disediakan tak terisi penuh.
Pukul 09.10 WITA, acara debat kandidat Calon Gubernur (Cagub) dan Wakil Gubernur (Cawagub) BEM FEB dimulai. Diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berlanjut dengan sambutan Ketua Badan Pekerja Pemilihan Umum Raya (BPPR) Yusuf, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa FEB (DPM FEB) Pandu Fazri. Debat kandidat juga dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FEB, Yunus Tete Konde.
Menyaksikan Kelayakan Cagub dan Cawagub BEM FEB
Kardiono Cipta Kanda selaku moderator memulai sesi debat dengan pembacaan peraturan debat. Dalam sesi pertama, dipersilakan bagi kedua paslon untuk memaparkan visi dan misi serta program unggulan. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antar paslon. Mulanya suasana debat belum memanas, pertanyaan-pertanyaan yang terlontar masih dapat dijawab dengan lugas oleh para paslon.
Memasuki sesi tanya jawab dengan ketiga panelis, yakni perwakilan dari kalangan akademisi oleh Agus Junaidi yang merupakan dosen Ilmu Ekonomi, Jahruni Pemimpin Redaksi Tepian TV sebagai perwakilan dari kalangan jurnalis dan Ridwan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Komputer dan Teknologi Informasi periode 2015-2016 sebagai perwakilan dari kalangan aktivis.
Pertanyaan pertama dilontarkan oleh Ridwan yang menginginkan kedua paslon untuk menjelaskan secara gamblang mengenai visi dan misi serta program unggulan mereka. Karena menurut Ridwan dengan mengusung program unggulan yang dimiliki kedua paslon, mahasiswa angkatan 2018 pun bisa mencalonkan diri sebagai Cagub dan Cawagub BEM FEB. Ridwan juga menyinggung progam unggulan paslon nomor urut 2 mengenai bentuk konkrit dari FEB Foundation.
Hal ini kemudian ditanggapi oleh Mofid Baidowi, selaku Cawagub nomor urut 2. Ia menjelaskan bahwa FEB Foundation merupakan bentuk kepedulian serta bantuan bagi mahasiswa FEB yang tidak mampu dalam pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang mana dalam pelaksanaannya akan mewadahi bantuan dari mahasiswa FEB lainnya untuk bersama-sama meringankan beban.
Salah satu momen menarik dalam sesi debat ini ialah saat pertanyaan diajukan oleh Jahruni, yang mampu mengubah situasi debat seketika menjadi gemuruh. Pertanyaan yang sangat mudah diajukan oleh Pemimpin Redaksi (Pimred) Tepian TV tersebut mengenai istilah dasar ekonomi. Seperti inflasi, bursa efek, valuta asing, pursda, obligasi dan semacamnya yang justru dari sebagian pertanyaan tersebut lebih banyak ditanggapi diam oleh kedua paslon.
Tak cukup sampai di situ, Jahruni juga menanyakan harga satu kilogram gula dan satu butir telur, macam-macam pasar tradisional di Samarinda, hingga jumlah perusahaan daerah di Kalimantan Timur yang tak sedikit jawaban paslon meleset, bahkan tak memberi jawaban.
Jahruni juga mengungkit mengenai program unggulan kedua paslon yang sama-sama ingin meningkat budaya literasi.
"Kalian sama-sama ingin meningkatkan budaya literasi. Sekarang saya tanya, berapa jumlah tulisan yang ditulis oleh BEM ke media lokal ?" Tanya Jahruni.
Agustin Dwi Damayanti, calon Wakil Gubernur nomor urut 1 menjawab kurang lebih 5 tulisan yang di muat ke media lokal.
Kemudian, Jahruni kembali menjawab, "Selain Sketsa ya, seperti Kaltim Post, Tribun News, Sapos (Samarinda Post). Berapa (tulisan) yang sudah dikirim?"
Pertanyaan Jahruni kembali mendapat respon diam yang dianggap oleh Pimred Tepian TV ini tidak ada. Dan pertanyaan terakhir Jahruni kepada kedua paslon berupa pertanyaan pilihan, yakni lebih memilih KKN atau BEM. Kedua paslon menjawab akan memilih KKN di Samarinda agar tetap bisa mengurus BEM. Oleh Jahruni ditanggapi jika dirinya ada diposisi mereka maka ia akan lebih memilih BEM ketimbang KKN. Karena baginya BEM adalah sebuah amanah yang mana artinya harus dituntaskan hingga akhir.
"Ya kalian bisa melihat sendiri kualitas calon pemimpin kalian. Gunakan akal pikiran kalian saat memilih nanti," tutup Jahruni mengakhiri sesi tanya jawab dengan panelis.
Setelah selesai dengan pertanyaan para panelis, audiens juga diberikan kesempatan untuk bertanya ke kedua paslon.
Sesi akhir debat ditutup dengan closing steatment dari masing-masing paslon dan penandatanganan nota siap menang dan siap kalah.
Pemungutan Suara
Tentunya ajang pesta demokrasi menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa baru. Lantaran merupakan kali pertama mereka untuk menggunakan hak suaranya di lingkungan kampus. Salah satunya ialah Mila Wulandari, mahasiswa baru jurusan Akuntansi.
"Bagus, karena ini mengajarkan kita untuk mengeluarkan hak demokrasi. Di sini kita diberi hak sebagai maba dalam memilih," ucapnya seraya menunjukkan cap tinta di kelingkingnya.
Tak jauh berbeda dengan pelaksanaan debat kandidat, Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tadinya dijadwalkan buka pukul 8.00 WITA terpaksa molor hingga 18 menit sebab keterlambatan kehadiran saksi dari kedua paslon di TPS. Hal ini membuat calon pemilih menunggu.
Pemungutan suara berakhir pukul 17.30 WITA, sementara perhitungan suara akan dilaksanakan setelah Salat Magrib di ruang 14 gedung FEB. Dilanjut dengan masa pengajuan keberatan pada 4 hingga 5 Oktober mendatang.
Adapun syarat untuk memilih yakni menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) terbaru. Pun jika KTM luput atau hilang bisa menggantinya dengan menunjukkan slip SPP. Ditemui Sketsa di sela kegiatan, Ketua BPPR Yusuf mengaku tak ada kendala yang begitu nampak selama ajang pemungutan suara. Hingga pukul 12.00 WITA, jumlah suara yang masuk kurang lebih sebanyak 600 dari total target 1500 suara.
Pukul 13.20 WITA, TPS dengan lima bilik lengkap dengan meja beserta taplak bermotif batik itu masih didominasi sejumlah mahasiswa berpakaian putih-hitam yang tidak lain ialah mahasiswa baru. Menurut Yusuf, persentase pemilih dari golongan mahasiswa baru dan lama sekitar 60 dan 40 persen. (nhh/snh/adl/els)