Aksi Tolak Kenaikan BBM, Massa Segel Kantor Pertamina

Aksi Tolak Kenaikan BBM, Massa Segel Kantor Pertamina

SKETSA - Meski langit pada hari itu nampak mendung, namun tak menyurutkan semangat puluhan massa aksi pada Rabu (4/4) lalu. Mereka berkumpul di halaman Auditorium Unmul lengkap dengan mengenakan almamater, dengan satu tujuan, menyuarakan tuntutan atas penolakan fluktuasi BBM. Aksi kali ini dipimpin oleh Tobi Setiawan yang berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu komputer dan Teknologi Informasi (FKTI) selaku koordinator lapangan. 

Ada empat poin tututan aksi yang dibawa saat itu, yakni turunkan harga BBM, distribusikan secara penuh BBM subsidi, turunkan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) untuk stabilkan BBM, dan yang terakhir membentuk tim Pansus polemik BBM.

Massa aksi berangkat pukul 11.25 Wita menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melalui jalan Pramuka. Bentuk protes ditunjukkan dengan mematikan mesin motor dari gerbang keluar Unmul menuju Pramuka dan berjalan sembari mendorongnya. Sedang di barisan depan, terlihat massa yang menggotong keranda.

Tak berlangsung lama, ketika rombongan aksi berada di depan Indomaret, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Rizaldo, berlari menuju mobil pick-up sembari menginstruksikan kepada massa aksi untuk langsung menyalakan kendaraan masing-masing.

"Langsung jalan aja, ini jam berapa sudah," seru Rizaldo mempercepat gerak massa. 

Massa aksi tiba sampai di kantor DPRD saat waktu menunjukkan pukul 11.50. Tanpa basa-basi, aksi langsung dimulai dengan penyampaian orasi oleh Tobi. Dilanjutkan oleh Gubernur BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Mujihat, yang menuntut untuk bertemu dengan anggota DPRD. Namun sayang, permintaannya itu tidak dapat dikabulkan, tak seorang pun perwakilan dari DPRD muncul untuk menunjukkan muka. 

Tak lama diketahui bahwa tidak ada anggota DPRD yang turun pada hari itu. Sontak massa aksi langsung melakukan pemblokiran jalan tepat di depan kantor yang beralamat di Jalan Teuku Umar. Kurang dari sepuluh menit memblokir jalan, massa aksi kembali ke depan gerbang DPRD karena menyebabkan kemacetan. 

Tak berhenti sampai di situ, Tobi lantas membagikan pembersih telinga kepada anggota aksi. Kemudian Rizaldo menginstruksikan untuk mengorek telinga menggunakan pembersih telinga dan melemparnya ke depan kantor DPRD.

"Silakan angkat korek telinga, bahwa DPRD telinganya kotor. Silakan korek kuping kalian lalu lempar ke depan kantor DPRD. Ingat teman-teman bagaimana bisa hari ini Rabu, hari dinas, anggota DPRD tidak ada di kantor," ujar Rizaldo dengan suara lantang.

Sebelum pergi meninggalkan kantor DPRD, massa melakukan aksi bakar ban dan mengelilinginya dengan menyanyikan lagu Buruh Tani. Lantunan ‘Jokowi bohong’ juga diteriakkan sambil mengangkat keranda mengelilingi kobaran api dengan mengenakan atribut topeng Jokowi dan Jusuf Kalla.

Lokasi aksi kemudian berpindah ke Terminal BBM (TBMM) Pertamina Samarinda yang berada di Jalan Cendana. Sesampainya di sana, massa langsung berbaris di depan pagar TBMM Pertamina Samarinda Kedatangan mereka saat itu membuat kaget para pegawai Pertamina. Kehadiran rombongan ini juga menarik perhatian warga. Gubernur BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Freijae Rakasiwi, bahkan sempat menaiki truk Pertamina yang melintas di depan kantor Pertamina. 

Aksi di lokasi kedua ini dibuka oleh Menteri Sosial dan Politik BEM KM, Idet Arianto Putra, sembari berjalan di atas pagar. Aksinya ini membuat rekan massa aksi lainnya merasa khawatir. Aksi kemudian dilanjut oleh Freijae dengan melantangkan sumpah mahasiswa.

"Hari ini kami resmi menyegel Pertamina. Kita memberi waktu tenggat 1x24 jam. Jika tidak disediakan premium maka kami akan menyegel kantor Pertamina. Pertamina harus menyediakan premium di seluruh Samarinda," seru Gubernur BEM FEB.

Tak jauh berbeda dengan situasi saat di kantor DPRD, pihak Pertamina juga tidak turun untuk menemui hingga rombongan aksi mengikat pagar Pertamina dengan rantai besi. Setelah menunggu cukup lama, Vano, selaku perwakilan dari Pertamina akhirnya menemui massa aksi. Vano mengatakan kepada massa aksi, bahwa Humas Pertamina telah menghadiri undangan diskusi dari BEM FEB Unmul terkait mekanisme BBM non Subsidi. Vano juga mengatakan ada delapan SPBU yang akan menyuplai Premium yaitu, di Jalan Teluk Lerong, Slamet Riyadi, Wahid Hasyim, Kebaktian, Sentosa, Pemuda, Bukit pinang, dan Sungai Kunjang.

“Selama ini tidak terkontrol sehingga banyak oknum-oknum penyetok yang menghabiskan stok (Premium),” ujar Vano.

Tak puas hanya berbicara di luar, para mahasiswa aksi ini meminta Pertamina untuk menjelaskan terkait kenaikan BBM di dalam kantor. Namun pihak Pertamina tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, dikarenakan harus bersurat terlebih dahulu. 

Kecewa permintaan tidak dipenuhi, Mujihat meluapkannya dengan berbicara pada media-media yang hadir saat itu. Rizaldo pun membaca secarik kertas yang berisi ungkapan kekecewaan dan keresahan atas fluktuasi BBM.

“Kalimantan Timur hari ini, bahkan Indonesia kawan-kawan sekalian, sudah mampu membuat minyak berbahan bakar air mata,” ungkap Rizaldo sebelum mengakhiri aksi kali itu.

Aksi kemudian ditutup dengan dengan membakar keranda yang bertuliskan “Matinya nurani pemerintah Indonesia terhadap rakyat kecil". Massa mengitari keranda tersebut sambil menyanyikan lagu Darah Juang. Pukul 13.52 Wita massa aksi secara bersama meninggalkan Pertamina dan kembali ke kampus. (nhh/erp/ubg/pia/ayd/adl)