Hari Besar

Hari Buku Nasional, Septy: Jadilah Pembaca yang ‘Rakus’

Perpustakaan yang mendefinisikan Hari Buku Sedunia.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber gambar: Google

SKETSA – Pernah mendengar pepatah bahwa buku adalah jendela dunia? Kalimat itu mungkin sering kali dikaitkan dengan kegiatan membaca. Sebagian besar orang menganggap membaca adalah kegiatan yang membosankan. Membaca juga kerap dikaitkan dengan istilah kutu buku. Mungkin hal ini yang membuat orang-orang enggan untuk membaca, karena banyaknya stereotype yang beredar. Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei kemarin, mengingatkan kembali bahwa membaca buku merupakan sebuah kebutuhan.

Namun, hal ini dipatahkan begitu saja oleh Andria Septy, gadis yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK). Ditemui di Taman Cerdas (16/5) lalu, Septy sapaan akrabnya menceritakan kecintaannya pada buku.

“Saya kalau urusan membaca bisa jadi ‘rakus’. Untuk itu saya punya moto jadilah pembaca yang ‘rakus’. Pembaca yang senantiasa mendalami buku satu ke buku lainnya,” terangnya sembari tersenyum.

Kecintaan Septy pada dunia literasi dimulai sejak ia bergabung di sebuah komunitas Sindikat Lebah Berpikir (SLB). Komunitas ini bergerak pada dunia bedah buku, cerpen, maupun puisi hingga karya sastra lainnya. SLB didirikan oleh salah satu dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul.

Septy mengaku suka membaca sejak dua tahun silam. Saat itulah ia kebetulan bergabung dengan SLB. Selama di SLB, Septy mengaku memetik banyak hal bermanfaat. Termasuk membiasakan diri untuk terjun ke dalam isi suatu buku.

Mengenai hobinya dalam membaca, dia menuturkan bahwa kebiasaannya ini didapat banyak saat mengenal SLB. Dari sana ia banyak berdiskusi mengenai karya-karya terkenal yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.

“Saya juga punya terget sendiri dalam membaca. Misal dalam satu bulan harus selesai 4-5 buku,” tutur gadis yang mengagumi karya Dan Brown itu.

Bahkan pernah dalam satu tahun, Septy membuat to do list dalam membaca. Di 2018, ia menghabiskan sebanyak 140 lebih buku untuk dibaca. Kecintaannya pada membaca buku juga tidak serta-merta ia dapatkan. Perlu berbagai usaha untuk membangkitkan semangat membacanya.

“Saya mulai dari mencari hal-hal yang saya sukai terlebih dahulu. Apa yang ingin atau suka saya baca, maka akan saya baca,” ujarnya.

Septy juga menambahkan bahwa dalam membaca dia tidak mengkhususkan pada genre-genre tertentu. Dia hanya mengikuti nalurinya, meninggalkan bacaan-bacaan berat jika ia memang sedang tak ingin.

Kini, dengan banyaknya buku yang dia baca, Septy sedang berusaha untuk menuangakn buah pikirnya ke dalam tulisan. “Karena saya mencoba menulis, jadi saya mencoba membaca sebanyak mungkin,” tambah Septy.

Alumni Program Studi Ilmu Pemerintahan Unmul ini tak ketinggalan membawa buku ke manapun dia pergi. Di sela-sela kegiatannya, selalu diisi dengan membaca. Karena membaca baginya tak sekadar sarana hiburan, namun juga sebagai media penunjang pengetahuan.

Menutup perbincangan siang itu, Septy berpesan agar kepada seluruh generasi muda agar tak malas membaca. “Semua serba mudah sekarang, tidak ada bukunya, bisa membaca lewat e-book. Terpenting adalah menumbuhkan semangat itu dengan mengenali kesukaan kita sendiri,” tutupnya. (sut/wil)



Kolom Komentar

Share this article