Event

Perempuan di Era Milenial

Talkshow ruang temu perempuan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber gambar: Humas Unmul

SKETSA - Aula Gedung Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) lantai 3 sejak pagi terus didatangi oleh peserta talkshow “Ruang Temu Perempuan” yang diadakan oleh BEM FEB Unmul. Tak hanya mahasiswi, beberapa dosen perempuan juga turut memenuhi kursi yang tersedia.

Talkshow yang mengambil tema “Ada Apa Dengan Perempuan Millenial?” ini diisi oleh beberapa mahasiswi serta pemateri lokal dan nasional yang dinilai menginspirasi bagi sebagian kaum hawa. Sebut saja Wakil Gubernur BEM FEB Unmul Agustin Dwi Damayanti, Ketua Forum Perempuan Ekonomi Rina Elfiana, dan Dekan FEB Unmul Syarifah Hudayah.

Pemateri talkshow diisi pula oleh Kepala Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Halda Arsyad yang merupakan Direktur PT. Jasa Raya Borneo sekaligus Duta Wisata Samarinda dan Kaltim 2015, Nirmala Sari Herwanto penyabet gelar Putri Batik Samarinda 2014 , dihadiri pula oleh Meiliana selaku Ketua IKA Unmul dan Ketua IKA Fekon, selanjutnya Nurhadijah penyandang gelar Putri Muslimah Samarinda 2019 dan Putri Muslimah Inteligensia 2019, serta tak lupa Meyda Sefira sebagai pemateri nasional. 

Acara dimulai pada pukul 09.24 Wita, dan dibuka dengan pembacaan Alqur’an oleh Rika Nurul dan menyanyikan Indonesia Raya. Ada pula sambutan yang disampaikan oleh Syarifah Hudayah, laporan oleh Nurul Hatifah selaku Ketua Panitia, dan sepatah kata dari Rina Elfiana.

Tak lama berselang, talkshow dimulai yang dimoderatori oleh Ainur Basirah Mulya. Untuk sesi pagi, pemateri yang didatangkan merupakan pemateri lokal dan dihadiri oleh empat pembicara inspiratif. Dalam pemaparannya Halda Arsyad menyampaikan bahwa perempuan milenial harus cerdas agar tidak mudah diperdaya. Ia turut menuturkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat tiap tahunnya.

Dilanjut oleh Meilliana, dengan tegas menyatakan bahwa perempuan milenial secara garis besar adalah perempuan yang bisa mengubah mindset-nya ke arah positif. Begitu pula dengan pemaparan Nirmala Sari Herwanto yang sudah memenangkan beberapa kontes kecantikan, ia menuturkan bahwa yang terpenting dari perempuan milenial adalah keberaniannya.

Selanjutnya Nurhadijah, perempuan lulusan sarjana Manajemen ini menambahkan bahwa awal dari semua yang sudah disampaikan adalah perempuan harus mengenali dirinya sendiri, agar ia bisa membawa ke arah mana nanti para perempuan milenial tersebut mengembangkan dirinya serta berguna bagi masyarakat disekitarnya.

Sempat dijeda, acara dilanjutkan kembali pada 13.45 Wita, dan kali ini diisi oleh penyampaian dari Meyda Sefira. Banyak sekali pemaparan menarik yang disampaikan oleh Meyda, seperti peranan perempuan yang dinilai sentral, karena selama ini perempuan dapat mengimbangi peran lelaki di dalam kehidupan.

Meyda juga mengingatkan kepada audiens bahwa sebaik apapun kita bekerja di dunia, jangan lupa akan taat kepada Tuhan. Meyda mengibaratkan kehidupan dunia seperti rest area, dunia hanya sebagai tempat persinggahan sebelum ke tujuan akhir yaitu akhirat. Ia juga menambahkan ketika kita masih di tempat persinggahan tersebut, kita juga harus memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang baik dan bernilai pahala.

Meyda menutup sesi closing statement  dengan beberapa kalimat yang memotivasi audiens. Ia menyampaikan bahwa semua perempuan itu cantik dan tangguh, tetap cintai diri apa adanya dan mensyukuri apapun yang telah diberikan Tuhan. Karena generasi yang maju lahir dari wanita yang tangguh dan cerdas.

Sebelum acara resmi ditutup, dibuka pula sesi pertanyaan kepada tiga peserta kepada Meyda. Setelahnya, acara ditutup dengan penyerahan plakat dan foto bersama.

Nurul Hatifah menyampaikan alasan mereka memilih tema tentang perempuan milenial, karena kian hari stigma perempuan di zaman modern ini dianggap kolot. Dara angkatan 2018 ini berharap setelah acara ini usai, pemikiran-pemikiran peserta tentang perempuan di era millenial ini juga berkembang.

Tambah Nurul, awalnya mereka hanya membuka acara seminar ini khusus kalangan mahasiswi FEB saja, namun mereka merasa bahwa antusiasme mahasiswi dari luar FEB juga besar sehingga mereka meluaskan cakupan peserta hingga ke masyarakat umum.

“Kami juga mau mengundang pemateri nasional, termasuk juga dengan pemateri lokal, jadi dapat semua materinya. Kami juga rancang acara dijalankan selama sehari penuh,” tutur mahasiswi prodi Ekonomi Islam tersebut.

Nurul memaparkan peserta yang hadir tidak datang dari kalangan mahasiswa saja, bahkan kagum ketika melihat beberapa peserta yang hadir berstatus ibu-ibu pekerja dan ibu rumah tangga. Ia juga mengaku bangga karena berhasil merangkul peserta dari beragam pekerjaan dan status.

Kendala-kendala juga tidak bisa dihindari Nurul, seperti penentuan pemateri lokal atau nasional yang belum jelas, hingga mereka memutuskan mengundang Meyda Sefira sebagai pemateri nasional. Walau ada beberapa kendala lain, Nurul juga berharap acara serupa tetap dirancang kembali dan memperbaiki kendala sebelumnya. (bip/ubg/cin/fqh)




Kolom Komentar

Share this article