Berita Kampus

Unmul Bangun Kesadaran Mengelola Sampah

Ilustrasi pengelolaan sampah. (Sumber ilustrasi : photosgratuite.eu)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Polusi sampah plastik hingga kini masih menjadi salah satu permasalahan yang belum dapat terselesaikan, bahkan Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar kedua. Berdasarkan data yang diperoleh Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Kompas.com menyebutkan, jumlah sampah plastik yang dihasilkan Indonesia dalam setahun mencapai 64 juta ton.

Hal ini tentunya menjadi sorotan terhadap berbagai elemen yang berada di bidang pelestarian lingkungan. Semakin banyak masyarakat yang mulai peduli terhadap lingkungan membuat pemerintah terdorong untuk membuat kebijakan baru yang bertujuan untuk mengurangi permasalahan tersebut.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Samarinda secara resmi menetapkan Peraturan Walikota (Perwali) Samarinda Nomor I Tahun 2019 tentang pengurangan kantong sampah plastik. Dengan begitu, diharapkan dapat mengurangi dampak buruk dari penggunaan kantong plastik yang berimbas pada masalah lingkungan.

Polusi sampah tak hanya menjadi masalah di masyarakat, namun juga di tingkat perguruan tinggi. Universitas sebagai wadah para intelektual muda dirasa harus melek terhadap permasalahan ini. Ditemui Sketsa, Kepala Bagian Hubungan Tata Laksana mengaku bahwa Unmul belum berupaya untuk melakukan pengolahan sampah di Unmul.

“Untuk saat ini kita belum bisa mengolah (sampah), harusnya sih sudah bisa mengolah,” ungkapnya.

Saat ini Unmul berkerja sama dengan pihak ketiga yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk mengangkut seluruh sampah yang terpusat di kawasan bagian belakang GOR 27 September. Adapun jumlah sampah yang dihasilkan seluruh fakultas dalam sehari mencapai dua kontainer. Dengan waktu pengangkutan setiap pagi.

Berbagai cara tentunya dapat dilakukan untuk mengurangi produksi sampah, salah satunya dengan penerapan bank sampah. Beberapa fakultas di Unmul telah menerapakan program tersebut, Sugiarta mengatakan bahwa salah satunya di Fakultas Kehutanan.

“Dulu jamannya Mas Teguh (Presiden BEM KM 2017) dulu ada, tapi kayaknya sekarang macet lagi,” ungkapnya.

Bahkan beberapa waktu lalu Unmul juga baru saja membuka bank sampah di Fakultas Pertanian (Faperta). (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/bank-sampah-upaya-civitas-academica-kelola-sampah-di-unmul/baca)

Meski begitu, Sugiarta mengaku bahwa saat ini pihaknya belum fokus untuk pengelolaan sampah, melainkan fokus pada penerapan kawasan tanpa rokok (KTR) di lingkungan Unmul.

“Target kita sekarang itu tempat merokok. Sekarang lagi ngajukan itu,” tukasnya.

Upaya Pengurangan Sampah di FMIPA

Berbeda, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam waktu dekat ini akan menerapkan beberapa langkah untuk mengurangi sampah plastik. Ditemui Sketsa, Dekan FMIPA Idris Mandang mengatakan bahwa pihaknya akan mengganti penggunaan air kemasan dengan botol minum pada seluruh dosen dan staf.

“Mulai tahun ini penggunaan dari sampah plastik seperti ini (air kemasan) akan kami kurangi. Staf dan dosen akan diberikan botol minum,” paparnya.

Rencana pemberian botol minum itu hanya kepada dosen dan staf saja. Meski begitu, pihaknya akan menyediakan dispenser di beberapa titik FMIPA. Praktis, mahasiswa pun dapat mengisi ulang air dalam botol minum pribadinya secara gratis.

Pun langkah ini sudah direncanakan sejak Desember lalu pada rapat kerja di Balikpapan. Meski begitu, Idris mengaku bahwa kebijakan itu tak ada hubungannya dengan Perwali Nomor I Tahun 2019 yang membahas tentang pengurangan kantong sampah plastik.

“Saya tidak tahu Samarinda tidak boleh menggunakan plastik di supermarket itu, saya tidak tahu itu kebijakan pemerintah. Itu kan pemerintah. Mungkin Unmul juga harus berperan aktif,” ucap Dekan berkacamata itu. (sii/snh/fqh)



Kolom Komentar

Share this article