Berita Kampus

Tali Tambang, Polisi Tidur Unmul

Tali tambang di depan Masjid Al-Fatihah, terpasang jarang-jarang

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Beragam upaya dilakukan guna meningkatkan keamanan kampus hijau. Tak hanya meliputi loket yang dijaga petugas, penutupan sejumlah akses jalan, hingga penerapan sistem siker dan kartu. Keamanan kampus kian diperketat dengan tindakan preventif berupa pemasangan tali tambang di tiga ruas jalan Unmul. Terletak di depan Perpustakaan Unmul, di depan Masjid Al- Fatihah, dan di arah keluar gerbang Unmul Jalan M. Yamin.

Pemasangan tali tambang tersebut, dikatakan Sugiarta, selaku Kepala Bagian Hukum Tata Laksana Unmul, bertujuan agar pengendara berlalu lintas dengan kecepatan normal. Menurutnya, tali tambang difungsikan layaknya polisi tidur agar mencegah terjadinya kecelakaan.

Meski begitu, ‘kebijakan’ ini ditanggapi beragam oleh mahasiswa. “Kalau lewat situ sakit banget. Dilihat dari estetika juga kurang,” tutur Aisyah Novitawati mahasiswi FKIP. Menurut Aisyah yang kerap melintasi jalan depan Masjid Al- Fatihah untuk menuju kost-nya di Jalan Perjuangan, hendaknya tali tambang dipasang secara rapat. “Paling ngeri itu tali di turunan gerbang keluar M. Yamin. Cukup bahaya,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dede Farida, mahasiswi Fisip. Dede mengatakan motornya sempat tersangkut saat melewati tali tambang. “Waktu itu saya bonceng teman, kami tersangkut dan cukup lama mencoba nge-gas biar bisa lewat. Satpam yang ada bukannya membantu malah menertawakan,” tutur Dede.

Keresahan tersebut ditanggapi Sugiarta heran. Sebab, berdasar kesepakatan bersama pihak keamanan, tali yang dipasang hanya satu. Namun, pada kenyataannya tali dipasang sebanyak tiga hingga empat buah. Sugiarta mengungkapkan alasan memilih polisi tidur dengan tali tambang. Dijelaskannya, ada tiga opsi untuk membuat polisi tidur, yakni semenisasi, ulin, dan tali tambang. Namun, ramainya lalu lintas jadi kendala. “Sebenarnya mau disemenisasi dan dipasang ulin seperti di seputaran GOR 27 September. Tapi karena lalu lintas yang ramai, semen bisa rusak dan baut ulin bakal lepas. Mau tutup jalan, ribet. Akhirnya kami putuskan untuk pasang tali tambang saja,” ujar Sugiarta.

Ke depan, pihaknya akan membenahi hal ini. Menyoal segi estetika, bagi Sugiarta tak perlu menjadi masalah. “Nantinya tali itu akan coba kami rapatkan saja. Mungkin juga akan dikurangi. Kami akan terus evaluasi untuk polisi tidur lebih layak. Kalau estetika, tidak perlu dipermasalahkan. Itu tidak ada efeknya untuk keamanan,” tutupnya ketika ditemui Sketsa, Rabu 16 Maret lalu. (aml, e1)



Kolom Komentar

Share this article