Berita Kampus

Tak Punya Advokasi, BEM Farmasi Main Hati-Hati

BEM Farmasi belum memiliki bagian advokasi selayaknya BEM fakultas lain. (Foto: Jati Dwi J.)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – “Bicara penurunan, dari tahun ke tahun pasti kami perjuangkan. Itu berdasarkan SOP penurunan UKT dari rektorat. Di situ tertulis kewenangan dekanat fakultas untuk menolak atau mempertimbangkan ajuan penurunan UKT mahasiswa. Mirisnya, di Farmasi belum ada transparansi dalam segala hal. Sedangkan kami, ketika menyuarakan ini sejak tahun lalu, tanggapan birokrat bilang, ‘Sudahlah, urusin kuliahmu saja’.” 

Jawaban itu diucapkan Faqur Rahman Gubernur BEM Farmasi ketika ditanya langkah yang ia akan tempuh untuk menghadapi permasalahan UKT di kampus apoteker. Faqur menjawab sambil memeragakan ucapan birokrat yang ditemuinya saat mengadvokasi sejumlah mahasiswa untuk penurunan UKT 2016 silam. 

Seperti diketahui, pada pertengahan Januari lalu muncul selembar surat penolakan ajuan penurunan UKT dari sejumlah mahasiswa Farmasi. Dalam surat itu dikatakan, PHK dan penurunan pendapatan adalah normal dalam kehidupan manusia dan pihak fakultas tidak bertanggung jawab atas itu. 

Mahasiswa asal Sangatta ini menyebut tak ingin mengambil langkah lebih jauh menanggapi kisruh UKT tersebut. Menurutnya, perlu ada perencanaan matang dan data yang lengkap sebelum maju ke medan tempur melawan birokrat. Sebab itu, dia ingin kabinetnya hati-hati sambil menanti terbitnya nota kesepahaman, nota berisi poin-poin kesepakatan yang digarap Jaringan Advokasi Mulawarman, rampung ditandatangani pihak rektorat. 

“Jadi, baru sebatas ngadu-ngadu dan curhat. Kami tidak ingin menghadap dekan itu dengan tangan kosong. Kami menunggu nota kesepahaman baru gerak. Tapi, kami juga bukannya pasif, kami lagi menyiapkan jaringan advokasi Farmasi, pengelolaan isu, data, pencerdasan, dan massa. Kalau sudah, baru kami ketemu,” ujarnya. 

Cuma hingga saat ini, BEM Farmasi belum memiliki bagian advokasi selayaknya BEM fakultas lain. Ia sekadar merumuskan tahap dan meniatkan adanya departemen jantung pergerakan organisasi tersebut tahun depan tanpa buru-buru. Sebab bagi Faqur, yang terpenting adalah merancang SDM baru kemudian departemen. Itu akan ia wujudkan dalam sebuah forum bernama Jaringan Advokasi Farmasi Unmul. 

“Dari tahun kemarin memang tidak ada departemen advokasi. Kami rancang untuk ada tahun depan. Memang kami sadar betul untuk advokasi BEM Farmasi agak susah. Jangankan Farmasi, fakultas lain juga advokasinya sering hangat-hangat tai ayam. Padahal yang kita butuhkan adalah keberlanjutan dan goal. Sejauh ini, kerja-kerja advokasi ditangani oleh departemen internal,” terangnya. 

Topik UKT nyaris selalu berakhir keruh. Tiap-tiap BEM fakultas saat ini belum berhenti memperjuangkan mahasiswa yang terancam putus kuliah karena biaya. Lebih-lebih fakultas rumpun kesehatan yang besarannya lumayan dibanding fakultas lain. Metode advokasinya pun berbeda-beda. Ada yang menekankan transparansi, ada yang menuntut peninjauan ulang per semester, ada pula yang giat menemui birokrat namun hanya mendapatkan ruang dalam forum audiensi. Tak heran, muncul anekdot advokasi adalah kunci. 

“Kami tetap butuh dukungan moral dari seluruh fakultas, supaya kami tidak merasa sendirian,” tandasnya. (aml/wal)



Kolom Komentar

Share this article