Berita Kampus

Setahun Berjalan, Program Asuransi FKIP Gagal?

Gubernur BEM FKIP Unmul, Mujihat. (Foto: Mahameru)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Setahun berjalan, pengadaan asuransi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dianggap tak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Beberapa masalah mulai dirasakan mahasiswa. Mulai dari transparansi dana, hingga proses pencairan asuransi yang panjang. Sempat dibahas mengenai kebijakan asuransi pada audiensi sebelumnya, hingga kini kejelasan asuransi belum menemui titik terang.

(Baca, https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dua-arah-audiensi-fkip-bahas-budgeting-dan-persoalan-kampus/baca)

Gubernur BEM FKIP, Mujihat menjelaskan asuransi adalah program Wakil Dekan III FKIP, Masrur Yahya. Program asuransi ini berguna ketika ada mahasiswa yang sakit atau kecelakaan agar segera mendapat jaminan pengobatan. Dana alokasinya diambil dari dana kemahasiswaan dengan total Rp175 juta. Dilihat dari programnya, Mujihat mengatakan sebenarnya asuransi merupakan wacana yang bagus dalam membantu mahasiswa.

Kartu asuransi ini pun langsung dibagikan kepada mahasiswa kala itu, namun tidak pernah disosialisasikan. Pemahaman yang ada di kalangan mahasiswa FKIP adalah begitu ada yang sakit, maka tidak perlu repot dalam urusan biaya.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya justru menimbulkan pertanyaan besar di kalangan mahasiswa. Mujihat pun pernah merasakan sulitnya proses pencairan dana asuransi kala ia sakit pada Februari 2018 lalu. Selain cabang asuransi yang tidak ada di Samarinda, rumah sakit tempatnya dirawat juga tidak bekerja sama dengan asuransi tersebut. Ditambah lagi hotline asuransi yang tidak pernah mengangkat telepon.

”Seharusnya yang begitu sakit langsung berhubungan dengan Asyki–nama perusahaan asuransi–tetapi saya tidak merasakan apa yang kita inginkan. Seharusnya memberikan kemudahan tetapi ini mengurusnya mati-matian karena cabangnya tidak ada. Kita telepon tidak diangkat, makanya sangat kecewa,” tutur Mujihat saat ditemui Sketsa pada Rabu (28/3) lalu.

Fakta di lapangan yang dialami Mujihat agaknya kontradiktif dengan pernyataan Masrur Yahya. Sebelumnya, Wakil Dekan (WD) III FKIP itu menyebut, kartu asuransi tersebut bisa dipakai oleh setiap mahasiswa untuk membayar biaya pengobatan kesehatan apa pun, termasuk kecelakaan.

“Apa pun penyebabnya, ya pihak asuransi akan mendanai kepada mahasiswa yang kena musibah,” jawabnya.

(Baca, https://sketsaunmul.co/berita-kampus/fkip-pangkas-dana-kegiatan-mahasiswa-untuk-program-asuransi/baca)

Selain Mujihat, beberapa mahasiswa FKIP yang sakit juga tidak mendapatkan manfaat dari adanya asuransi. Bahkan dana asuransi sebesar Rp175 juta dipandang Mujihat justru sangat berguna jika dipakai untuk kegiatan di himpunan ataupun prodi untuk mendukung kenaikan akreditasi prodi.

Perjanjian asuransi untuk satu tahun dan tidak berkelanjutan seperti BPJS yang bisa dilanjutkan pun juga disoroti Mujihat. Selama menjadi mahasiswa FKIP, asuransi tersebut hanya berlaku selama satu tahun. Jika sudah sampai tenggat masa berlaku kartu, maka sudah tidak dapat digunakan. Hal yang juga menimbulkan kebingungan.

“Misal, kuliah kurang lebih 4 tahun. Kalau dipergunakan selama 1 tahun, potensi menghamburkan dana dari sekian ribu mahasiswa dan dalam satu tahun kita program, kan ini kalkulasi dana Rp175 juta per tahun. Dan dalam satu tahun (jika) tidak ada mahasiswa yang sakit, maka dana menjadi banyak terbuang,” ujar Mujihat.

Saat audiensi pada Februari lalu, masalah manfaat asuransi sebenarnya sudah diangkat di forum. Namun, harus ditunda terlebih dahulu karena dari BEM FKIP ingin melakukan pendataan kepada mahasiswa, melalui survei yang sekarang masih berlangsung.

Mujihat menekankan jika sudah mendapatkan titik temu, ia akan segera mengadakan audiensi. Ia turut prihatin sebab dana fakultas yang dibagi ke mahasiswa untuk kegiatan berorganisasi justru dipotong dengan program yang belum jelas prosedurnya. 

"Kita sangat memperjuangkan itu dana Rp175 juta untuk mahasiswa. Kita ingin memudahkan mahasiswa jika masih dilanjutkan program ini kita akan bertemu di tempat dan di waktu yang berbeda. Ini dana mahasiswa. Bersangkutan dengan mahasiswa karena ini uang mahasiswa. Karena kita dibingungkan sebuah program yang tak jelas keberadaannya,” tambahnya dengan intonasi suara yang tegas. (ann/mer/nul/est/dan/adn/els)



Kolom Komentar

Share this article