Berita Kampus

Rapat Senat Meme Faperta, Tawarkan Penghapusan Jejak Penghinaan

Ilustrasi pencarian pemecahan masalah

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


kompas.com

SKETSA – Setelah membuat pernyataan sikap dan menggelar mimbar bebas yang menganggap Dekan Faperta, Rusdiansyah tak dapat menepati janji, (baca sebelumnya, https://sketsaunmul.co/berita-kampus/menanti-keputusan-akhir-nasib-mj/baca) kini kasus meme yang dibuat mahasiswa Faperta perlahan menemui titik terang. Sebelumnya pada Selasa (2/4) lalu telah diadakan rapat senat pertama yang memberi pemahaman kasus yang terjadi.

Ditemui pada Senin (8/4), Hanif menyatakan sebelum sidang senat berlangsung, BEM Faperta terlebih dahulu menyerahkan berkas-berkas berupa pandangan dari sisi mahasiswa, diantaranya kronologis, klarifikasi, hingga pernyataan sikap dari alumni BEM Faperta. Namun, untuk pengambilan keputusan dibutuhkan pandangan lain dari Wakil Dekan III, Achmad Zaini, dan sudah direncanakan akan ada rapat senat kedua pada Kamis (11/4).

Dinyatakan Hanif, pada rapat senat pertama, Dekan Faperta menolak hadir karena dikhawatirkan akan memengaruhi hasil sidang. Meski begitu, ia tetap menyerahkan segala putusannya pada hasil sidang senat, namun hal berbeda justru disampaikan oleh Zaini. Melalui Hanif, ia mengatakan apabila hasil sidang senat menyatakan MJ tidak bersalah, maka hasil sidang senat tidak akan berlaku.

“Kita maunya sama-sama enggak ada yang rugi, win-win solution. Sudah berencana buat ngomong ke Pak Zaini, banyak mau dibahas. Sampai sekarang BEM enggak dilantik karena disangkut pautkan dengan masalah ini. Jadinya, supaya permasalahan ini cepat selesai harus dengan keinginan mereka. Sementara kami enggak mau dengan cara mereka,’’ paparnya.

Sementara itu, Khrisna Purnawan Candra, selaku ketua senat mengatakan, kasus meme ini merupakan kesalahan komunikasi antara pihak akademika dan mahasiswa yang bermula dari pengalokasian dana. Ia beranggapan bisa saja fakultas menerapkan alokasi dana untuk tahun depan, dikarenakan saat ini tak ada waktu untuk menyosialisasikan. Namun, ia juga tak membenarkan tindakan protes mahasiswa dengan membuat meme dan menggelar aksi.

Baginya, membuat dan menyebarkan meme ini memang merupakan bentuk menjatuhkan instansi dan perilaku yang tidak etis. Setelah senat melihat akar permasalahan, memberikan sanksi hanya akan memperparah keadaaan. Menurutnya, kasus ini tidak akan selesai apabila kedua belah pihak tidak memberi ruang satu sama lain. Ia turut menyayangkan karena kasus ini tersebar di sosial media dan portal berita.

Setelah rapat kedua diselenggarakan, Candra telah menawarkan kepada Hanif dan MJ untuk mengklarifikasi apa yang sudah tersebar, namun hingga saat ini belum ada jawaban dari keduanya. Ia beranggapan, semakin cepat mereka menanggapi masalah ini akan terselesaikan segera. Dikatakan Candra, mereka berhak untuk menolak tawaran.

“Kalau mereka menolak, ya gimana. Kan masing-masing punya hak. Kami juga keberatan dibilangin begini, enggak jelas, waluh, dan sebagainya,” jelasnya saat ditemui di ruangannya pada (18/4).

Ia mengandaikan, apabila mahasiswa menyadari bahwa ia adalah bagian dari sistem, seandainya apa yang disampaikan itu ditolak dan mereka masih memiliki pandangan lain, seharusnya mereka terus bergerak menemui tingkatan yang lebih tinggi. Bisa dekan terlebih dahulu, kemudian bisa ke WR III, ke rektor, hingga ke Menristekdikti apabila masih tak terselesaikan.

“Penyelesaian masalah yang coba digagas teman-teman senat ini, mahasiswa mau menghapus jejak-jejak tentang penghinaan yang bilang fakultas waluh lah. Kalau enggak bisa ya buat artikel baru, klarifikasi masalah ini gimana. Disepakati untuk diselesaikan secara kekeluargaan misalnya. Kita akan berjuang di jalur yang tidak konfrontatif lah. Saya pikir kalau itu dilakukan, tidak ada alasan untuk tidak melantik BEM dan DPM Faperta secepatnya,’’ paparnya. (ann/fqh)



Kolom Komentar

Share this article