Praktik Pakai Kardus, Andre: Kita Harus Jalani
Ilustrasi olahraga Anggar. (Sumber: student.unud.ac.id)
SKETSA - Hasrat untuk berkuliah dengan fasilitas lengkap nan memadai masih menjadi dambaan seluruh mahasiswa Unmul, tak terkecuali mahasiswa Pendidikan Kesehatan, Jasmani dan Rekreasi (Penjaskesrek) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Diminta praktik mata kuliah olahraga Anggar menggunakan kardus dan membayar Rp10 ribu untuk lima belas kali pertemuan mata kuliah Renang di GOR Segiri, nyatanya membuat Himpunan Mahasiswa Pendidikan Penjaskesrek (HMPJKR) tak mau pasrah.
Langkah untuk mengadvokasi fasilitas pernah dilakukan HMPJKR bekerja sama dengan prodi dalam hal pendataan peralatan yang diperlukan.
Hasil data lalu diberikan kepada bagian keuangan yang kemudian memasukannya dalam Rancangan Anggaran Belanja (RAB). Realisasinya baru bisa terlaksana pada semester berikutnya.
Untuk menyiasatinya, mahasiswa Penjaskesrek terpaksa memberlakukan iuran setiap semester demi perkuliahan agar tetap berjalan. Tentu dengan besaran yang tidak menentu, tergantung dari harga alat yang akan digunakan.
“Sebenarnya keberatan, tapi kalau tidak ada alatnya juga bingung. Tidak bisa jalan perkuliahan,” ucap Andre Nufadli, Ketua HMPJKR.
Kepada Sketsa, Andre menyebut mereka berhasil membeli matras berukuran kecil pada semester tiga. Barulah semester berikutnya ada enam buah matras gulat yang diberikan dekan.
"Ada banyak lagi kok, ada takraw, ada raket, itu yang baru direalisasikan sama dekan,” ungkap mahasiswa angkatan 2015 itu.
Kendati demikian, Andre mengaku kreativitas yang diimbaukan birokrat kepada mahasiswa memang perlu. Sebab harga peralatan yang mahal, sementara anggaran sebegitu minim.
"Semisal anggar, harga stik dan alat pengamanny bisa sampai jutaan rupiah. Bahan yang ada kita modifikasi. Kita tetap harus jalani," tandasnya. (nvt/mer/myg/els/aml)